Al-Hafizh Ibnu Katsir t menerangkan, “Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan tentang perkara yang dijadikan indah pada pandangan manusia dalam kehidupan dunia ini berupa berbagai macam kelezatan, dari jenis wanita, anak-anak, (dan lainnya). Allah Subhanahu wata’ala memulai dengan penyebutan wanita karena fitnah yang didapatkan dari mereka amat besar, sebagaimana disebutkan di dalam hadits.” (Tafsir Ibni Katsir, 2/15)
Hampir-hampir tidak ada lelaki yang dapat selamat dari fitnah yang dilihatnya di setiap tempat ini, apakah di jalan, di televisi, di internet, di majalah, di tempat kerja, di pasar, dan di tempat-tempat lain. Yang dilihat bukan wanita yang rapat menutup aurat bahkan sebaliknya mengumbar aurat. Kalaupun ada yang berusaha menutup aurat, namun jauh dari aturan busana muslimah yang syar’i dengan model kerudung dua warna atau yang diberi pernak-pernik dengan gelungan rambut yang diangkat tinggi di baliknya (model punuk unta, -red.), dan baju panjang sampai mata kaki dengan bordiran atau hiasan lain di sana-sini, misalnya. Sungguh, penampilan tabarruj yang dilarang oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Adalah sukses besar apabila ada lelaki yang selamat dari godaan wanita cantik, bukan karena si lelaki melihat tidak ada peluang ke arah sana atau situasi kondisi tidak mendukung, namun ia menolak karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala. Maka dari itu, keutamaan yang agung bagi Nabi Yusuf ‘alaihi salam saat beliau menolak ajakan berzina dari istri al-Aziz, pembesar Mesir, yang jatuh cinta kepadanya. Dalam posisi wanita itu bukan perempuan biasa dan beliau sendiri adalah seorang pemuda yang sedang mencapai puncak jiwa mudanya yang biasanya punya kecenderungan syahwat yang besar terhadap wanita, apatah lagi si wanita jelita telah berserah diri….
Karena itu, pantas sekali lelaki yang bisa berbuat demikian mendapatkan janji beroleh naungan pada hari kiamat, di saat tidak ada naungan selain naungan Allah Subhanahu wata’ala . Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “ Ada tujuh golongan yang Allah Subhanahu wata’ala naungi dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. (Di antaranya) seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang punya kedudukan dan kecantikan namun ia menolak dengan berkata, “Aku takut kepada Allah Subhanahu wata’ala .” (HR. al-Bukhari no. 6806 dan Muslim no. 2377)
Menghadapi dahsyatnya fitnah wanita yang seakan mengepung kaum lelaki, ada beberapa cara yang bisa ditempuh agar kita selamat darinya dengan pertolongan Allah Subhanahu wata’ala 1, di antaranya:
1. Beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan takut kepada-Nya
Iman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan takut kepada-Nya merupakan tali kekang yang menahan seorang hamba dari berbuat haram dan menceburkan diri ke dalam lumpur hitam syahwat.
Apabila seorang mukmin tumbuh dengan merasakan pengawasan Allah Subhanahu wata’alaserta menelaah rahasia dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya seperti al-Alim (Maha Berilmu), as-Sami’ (Maha Mendengar), al-Bashir (Maha Melihat), ar-Raqib (Maha Mengawasi), asy-Syahid (Maha Mempersaksikan), al-Hasib (Maha Menghitung), al-Hafizh (Maha Menjaga), dan al-Muhith (Maha Meliputi), niscaya akan membuahkan rasa takut kepada-Nya dalam keadaan rahasia/tersembunyi ataupun terang-terangan di tengah banyak orang. Hal itu juga akan membuat si hamba berhenti dari berbuat maksiat, dan menghalangi dirinya menerima ajakan syahwat yang arah menuju kejelekannya demikian kuat.
2. Menundukkan pandangan dari melihat yang haram
Pandangan mata akan membuat lintasan-lintasan buruk di dalam hati, lalu betikan/lintasan tersebut meningkat menjadi pikiran, kemudian naik menjadi syahwat, lalu muncullah keinginan buruk. Bila bertambah kuat tanpa bisa dikendalikan, jatuhlah pelakunya ke dalam perbuatan yang haram.
Perhatikanlah ayat berikut ini, bagaimana Allah Subhanahu wata’ala menggandengkan pandangan mata kepada yang haram dengan penjagaan kemaluan.
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka….” (an-Nur: 30)
Al-Hafizh Ibnu Katsir t mengatakan, “Ini adalah perintah Allah Subhanahu wata’alakepada para hamba-Nya yang beriman agar menundukkan sebagian pandangan mata mereka dari hal yang diharamkan atas mereka, sehingga mereka tidak memandang selain sesuatu yang dibolehkan bagi mereka dan agar mereka menundukkan pandangan mereka dari hal yang haram. Apabila secara tidak sengaja pandangan mata jatuh pada yang haram, hendaklah ia segera memalingkannya.” (Tafsir Ibni Katsir, 5/396)
Jarir bin Abdillah al-Bajali z berkata, “Aku pernah menanyakan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku agar memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim)
3. Menolak lintasan hati yang jelek
Perkara jelek yang terlintas dalam hati sungguh berbahaya. Ketika betikan itu datang pada seseorang lalu ia tidak berusaha menepisnya maka akan meningkat menjadi pikiran, lalu keinginan, selanjutnya tekad yang kuat, kemudian perbuatan yang haram.
Maka dari itu, berhati-hatilah membiarkan niatan jelek terlintas di hati. Seharusnya hal itu ditolak dan diganti dengan betikan hati yang baik.
Dengan demikian, cara mengobati bila muncul niatan yang buruk adalah dengan bersegera menepisnya dan menyibukkan jiwa dengan memikirkan hal yang bermanfaat baginya.
4. Menikah
Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Wahai sekalian pemuda! Siapa di antara kalian yang memiliki kemampuan, hendaknya dia menikah, karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, karena puasa adalah tameng baginya….” (HR. al-Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 3384)
5. Berpuasa bagi yang belum mampu menikah
Ini berdasarkan hadits yang disebutkan di atas. Al-Imam al-Qurthubi t berkata, “Apabila sedikit makan, syahwat pun lemah. Apabila syahwat lemah, sedikitlah maksiat.”
6. Menjauh dari teman-teman yang buruk.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat dengan siapa dia bersahabat.” (HR. Abu Dawud no. 4193, dinyatakan hasan oleh al-Imam al-Albani t dalam Shahih Abi Dawud)
Oleh karena itu, seseorang harus pandai-pandai memilih teman dan hati-hati dalam bergaul. Jangan sampai ia berteman dengan seseorang yang akan menyeretnya ke dalam perbuatan dosa. Betapa banyak orang yang semula dikenal sebagai orang baik-baik, namun karena pengaruh teman, ia menjadi orang yang jelek.
7. Menjauh dari tempat-tempat godaan/cobaan
Tidak tersembunyi bagi kita bahwa sekarang ini kita hidup di tengah masyarakat yang dikepung oleh godaan dari segala arah, baik bersumber dari media massa, poster-poster di jalanan, iklan-iklan, wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang di hampir setiap tempat, produk-produk yang memajang gambar/model wanita; di bungkus sabun, kemasan shampo, pasta gigi, produk makanan dan minuman, dan sebagainya.
Oleh karena itu, berusahalah menjauh darinya agar selamat. Bagaimana caranya? Salah satunya seperti yang telah disebutkan di atas: menundukkan pandangan.
Wallahul musta’an, mohonlah pertolongan kepada Allah Subhanahu wata’aladari badai fitnah di sekeliling kita.
8. Bersemangat mengisi waktu dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala
Waktu adalah nikmat yang sangat agung dari sekian nikmat Allah Subhanahu wata’alayang diberikan-Nya kepada para hamba. Akan tetapi, banyak orang yang melalaikannya. Ibnu Abbas c berkata bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan orang merugi (terhalang dari mendapat kebaikan dan pahala) di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari no. 6412)
Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin t menasihatkan, “Sepantasnya insan yang berakal memanfaatkan waktu sehat dan waktu luangnya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah k sesuai dengan kemampuannya. Jika ia dapat membaca al-Qur’an, hendaknya ia memperbanyak bacaannya. Apabila ia tidak pandai membacanya, hendaknya ia memperbanyak zikir kepada Allah Subhanahu wata’ala(sambil berusaha belajar membaca al-Qur’an tentunya, –pen.). Apabila tidak, ia melakukan amar ma’ruf nahi mungkar atau mencurahkan kemampuannya untuk membantu dan beramal kebaikan kepada saudara-saudaranya. Semua ini adalah kebaikan yang banyak, namun terluputkan dari kita.” (Syarhu Riyadhis Shalihin, 1/452)
9. Mengingat nikmat akhirat
Khususnya adalah mengingat kebaikan yang disiapkan oleh Allah Subhanahu wata’aladi surga kelak bagi insan beriman yang bersabar menjauhi maksiat, yaitu hurun ‘in (bidadari surga yang bermata jeli) dengan segala sifatnya yang sangat istimewa. Mereka tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan perempuan-perempuan yang dilihatnya di dunia, secantik apa pun.
Semoga tulisan ini membantu seorang muslim untuk bersikap zuhud dari mengejar dan menceburkan diri ke dalam “nikmat dunia” yang fana lagi diharamkan, yang tidak mewariskan selain kerugian dan penyesalan.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Wedha Kencana
Sumber :
Kiat Menghadapi Ujian Wanita, Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 079
(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Ishaq al-Atsariyah)
No comments:
Post a Comment