Tuesday, October 30, 2012

Rukun Islam, Rukun Iman dan Rukun Ihsan

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman :  “Sesungguhnya agama (yang ada) di sisi Allah adalah Islam.” (Ali Imran: 19)

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).

“Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Aku sempurnakan nikmatKu untukmu dan Aku telah ridlai Islam sebagai agamamu.” (Al-Maidah: 3).

 

 

 

Sebagai agama yang sempurna dan diterima disisi Allah, maka setiap umat Islam wajib memahami dan meningkatkan ‘kualitas’ ke-Islam-annya dari waktu ke waktu.

Islam, ialah berserah diri kepada Allah dengan tauhid (hanya pada Allah, tidak bergantung pada makhluk dan benda lain) dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala perintah-Nya serta menjauhkan diri dari perbuatan (dan orang-orang yang melakukan) syirik.

Dan agama Islam, dalam pengertian tersebut, mempunyai tiga tingkatan, yaitu : Islam, Iman dan Ihsan, masing-masing tingkatan mempunyai rukun-rukunnya.

 

 

 

I. Tingkatan Islam

Adapun tingkatan Islam, rukunnya ada lima :

[1] Syahadat (pengakuan dengan hati dan lisan) bahwa “Laa Ilaaha Ilallaah” (Tiada sesembahan yang haq selain Allah) dan Muhammad adalah Rasulullah.
[2] Mendirikan shalat.
[3] Mengeluarkan zakat.
[4] Shiyam (puasa) pada bulan Ramadhan.
[5] Haji ke Baitullah Al-Haram.

 

[1]. Dalil Syahadat.

Firman Allah Ta’ala.
“Artinya :
Allah menyatakan bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Dia, dengan senantiasa menegakkan keadilan (Juga menyatakan demikian itu) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tiada sesembahan (yang haq) selain Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [Al-Imraan : 18]

“Laa Ilaaha Ilallaah”‘ artinya : Tiada sesembahan yang haq selain Allah.

Syahadat ini mengandung dua unsur : menolak dan menetapkan. “Laa Ilaaha”, adalah menolak segala sembahan selain Allah. “Illallaah” adalah menetapkan bahwa penyembahan itu hanya untuk Allah semata-mata, tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu didalam penyembahan kepada-Nya, sebagaimana tiada sesuatu apapun yang boleh dijadikan sekutu di dalam kekuasaan-Nya.

 

Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kepada kaumnya : ‘Sesungguhnya aku menyatakan lepas dari segala yang kamu sembah, kecuali Tuhan yang telah menciptakan-ku, karena sesungguhnya Dia akan menunjuki’. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka senantiasa kembali (kepada tauhid)”. [Az-Zukhruf : 26-28]

“Artinya : Katakanlah (Muhammad) : ‘Hai ahli kitab ! Marilah kamu kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, yaitu ; hendaklah kita tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya serta janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka :’Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang muslim (menyerahkan diri kepada Allah)”. [Ali 'Imran : 64]

 

Adapun dalil syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah.

Firman Allah Ta’ala.

“Artinya : Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kalangan kamu sendiri, terasa berat olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman”. [At-Taubah : 128]

Syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah, berarti : mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarang serta dicegahnya, dan menyembah Allah hanya dengan cara yang disyariatkannya.

 

[2]. Dalil Shalat dan Zakat serta tafsiran Tauhid.

Firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Padahal mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya lagi bersikap lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat serta mengeluarkan Zakat. Demikian itulah tuntunan agama yang lurus”. [Al-Bayyinah : 5]

 

[3]. Dalil Shiyam (Puasa Ramadhan)

Firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu untuk melakukan shiyam, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. [Al-Baqarah : 183]

 

[4]. Dalil Haji.

Firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Dan hanya untuk Allah, wajib bagi manusia melakukan haji, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha tidak memerlukan semsesta alam”. [Al 'Imran : 97)]

 

II. Tingkatan Iman.

Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah syahadat “Laa Ilaaha Ilallaah”, sedang cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu adalah salah satu dari cabang Iman.

Rukun Iman ada enam, yaitu :

[1] Iman kepada Allah.
[2] Iman kepada para Malaikat-Nya.
[3] Iman kepada Kitab-kitab-Nya.
[4] Iman kepada para Rasul-Nya.
[5] Iman kepada hari Akhirat, dan
[6] Iman kepada Qadar, yang baik dan yang buruk. (Qadar : takdir, ketentuan Ilahi. Yaitu : Iman bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam semesta ini adalah diketahui, dikehendaki dan dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).

 

Dalil keenam rukun ini, firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Berbakti (dari Iman) itu bukanlah sekedar menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi…” [Al-Baqarah : 177]

Dan firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar”. [Al-Qomar : 49]

 

III. Tingkatan Ihsan.

Ihsan, rukunnya hanya satu, yaitu :

“Artinya : Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. [Pengertian Ihsan tersebut adalah penggalan dari hadits Jibril, yang dituturkan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'Anhu, sebagaimana akan disebutkan]

Dalilnya, firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan“. [An-Nahl : 128]

Dan firman Allah Ta’ala.  “Artinya : Dan bertakwallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesunnguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Asy-Syu'araa : 217-220]

Serta firman-Nya.  “Artinya : Dalam keadaan apapun kamu berada, dan (ayat) apapun dari Al-Qur’an yang kamu baca, serta pekerjaan apa saja yang kamu kerjakan, tidak lain kami adalah menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”. [Yunus : 61]

 

Adapun dalilnya dari Sunnah, ialah hadits Jibril[1] yang masyhur, yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.

“Artinya : Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan menyandarkan kelututnya pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab :’Yaitu : bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan shiyam pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana’. Lelaki itu pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kata Umar :’Kami merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi juga membenarkan beliau. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tentang Iman’. Beliau menjawab :’Yaitu : Beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kemudian ia berkata : ‘Beritahullah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab : Yaitu : Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu’. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : ‘Orang yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya’. AKhirnya ia berkata :’Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu’. Beliau menjawab : Yaitu : ‘Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala domba saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi’. Kata Umar : Lalu pergilah orang laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau pun bersabda : ‘Dia adalah Jibril, telah datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian”. [2]

 

 

Wedha Kencana


[Diringkas dari sumber aslinya dengan sedikit penyederhanaan bahasa, bersumber dari buku Tiga Landasan Utama, Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hal 18-26, Kementrian Urusan Islam, Waqaf, Da'wah dan Penyuluhan Urusan Penerbitan dan Penyebarab Kerajaan Arab Saudi]
________
Fote Note.
[1] Disebut hadits jibril, karena jibril-lah yang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan menanyakan kepada beliau tentang, Islam, Iman dan masalah hari Kiamat. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada kaum muslimin tentang masalah-masaalah agama.
[2]. [Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadits ke 1. Dan diriwayatkan juga hadits dengan lafadz seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-Iman, bab 37, hadits ke 1.

Monday, October 29, 2012

Ketenangan Hidup Bagi Hamba Yang Rajin Berzikir

Telah sama kita ketahui bahwa berzikir merupakan amalan yang mulia dan bernilai tinggi di sisi Rabbul ‘Izzah. Dengan berzikir, seorang hamba akan beroleh banyak keutamaan. Untuk menghasung kita agar memperbanyak zikir, berikut ini akan disebutkan beberapa keutamaan berzikir:

 

1. Berzikir akan mengusir setan, menundukkannya, dan membentengi diri darinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:  “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raf: 201)

 

Adapun orang yang enggan berzikir, Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya:  “Siapa yang berpaling dari berzikir kepada Allah Yang Maha Penyayang, Kami adakan baginya setan yang menyesatkannya maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf: 36)

 

Al-Harits Al-Asy’ari z menyebutkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa beliau bersabda:  “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lima perkara kepada Nabi Yahya bin Zakariyya alaihi salam agar beliau mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil untuk mengamalkannya pula. Namun hampir-hampir Yahya terlambat menyampaikannya kepada Bani Israil. Maka Nabi ‘Isa q berkata kepadanya, 

 

 

‘Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’alatelah memerintahkan lima perkara kepadamu agar engkau mengamalkannya dan menyuruh Bani Israil untuk mengamalkannya pula. Namun sampai sekarang engkau belum menyampaikannya. Karenanya, engkau suruh mereka sekarang, atau aku yang akan menyuruh mereka!’ Yahya berkata, ‘Aku khawatir bila engkau mendahuluiku untuk menyampaikannya, aku akan ditenggelamkan ke dalam bumi atau aku akan diazab.’ Yahya pun mengumpulkan orang-orang di Baitul Maqdis hingga masjid tersebut penuh. Mereka duduk di atas balkon. Yahya berkata, ‘Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan lima perkara kepadaku agar aku mengamalkannya dan menyuruh kalian untuk mengamalkannya pula…’.”

 

Yahya pun menyebutkan kelima perkara tersebut, yaitu tauhid, shalat, puasa, sedekah, dan yang kelima, kata Yahya:  “Dan aku memerintahkan kalian untuk berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena permisalan orang yang berzikir seperti orang yang dikejar oleh musuh dengan cepat hingga ketika ia mendatangi sebuah benteng yang kokoh ia berlindung di dalamnya dari kejaran musuh. Demikian pula seorang hamba, ia tidak dapat melindungi dirinya dari setan kecuali dengan berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala… (HR. Ahmad 4/202, At-Tirmidzi no. 2863, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 1724)

 

Al-’Allamah Ibnul Qayyim t menyatakan bahwa hadits ini sangat agung kedudukannya, sehingga pantas bagi setiap muslim untuk menghafalkan dan memahaminya. (Al-Wabilush Shayyib, hal. 31)

Beliau t juga mengatakan, “Seandainya tidak ada lagi keutamaan zikir selain satu keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini, niscaya patut bagi seorang hamba untuk tidak berhenti lisannya dari zikrullah, dan terus menerus menekuninya. Karena sungguh ia tidak dapat melindungi dirinya dari musuhnya kecuali dengan zikir. Tidaklah musuh itu dapat masuk menyergapnya kecuali dari pintu kelalaian (lupa dari berzikir). Musuh itu selalu mengintainya. Bila ia lalai, musuh itu menyergap dan menerkamnya. 

 

Bila ia berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, mengerutlah (menciut) musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut, menjadi kecil dan patah sampai-sampai menjadi sekecil lalat. Karena itulah ia dinamakan Al-Waswasul Khannas. Maknanya, ia memberi was-was di dalam dada, namun bila si hamba berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa maka syaitanpun mengerut (menciut). Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, “Setan itu mendekam di atas hati anak Adam. Bila si anak Adam lupa diri dan lalai dari berzikir, setan memberikan was-was/bisikan-bisikan. Namun jika ia berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, setan mengerut (menciut).” (Al-Wabilush Shayyib, hal. 72)

 

2. Berzikir akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi hati seorang hamba,

sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:  “Orang-orang yang beriman dan menjadi tenang hati-hati mereka dengan berzikir kepada Allah, ketahuilah dengan berzikir kepada Allah hati akan tenang.” (Ar-Rad: 28).  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata, “Permisalan zikir bagi hati adalah seperti air bagi ikan. Apa jadinya keadaan ikan yang berpisah dengan air?” (Al-Wabilush Shayyib, hal. 85)

 

3. Zikir adalah amalan yang ringan dan mudah untuk dilakukan, namun besar pahala dan ganjarannya.

Hal ini tampak dalam beberapa hadits berikut ini:

Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengucapkan:  “La ilaha illallah wahdahu la syarika lah. Lahul mulku wa lahu hamdu wa huwa ‘ala kulli syay’in qadir” (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red)  dalam sehari sebanyak seratus kali, maka ganjaran baginya seperti membebaskan sepuluh budak, dicatat untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan dan ia mendapatkan perlindungan dari setan pada hari tersebut hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang melakukan amalan yang lebih afdhal darinya terkecuali bila ada orang yang mengamalkan lebih banyak dari apa yang diamalkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3293, 6403 dan Muslim no. 6783)

 

Dalam hadits yang sama juga, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Siapa yang mengucapkan:  “Subhanallahi wa bihamdihi”  (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red)  dalam sehari sebanyak seratus kali maka dihapus kesalahan-kesalahannya walaupun sebanyak buih di lautan.”

Dalam riwayat Muslim (no. 6784) disebutkan, “Siapa yang mengucapkan:  “Subhanallahi wa bihamdihi”  (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red).  ketika pagi dan petang sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat nanti tidak ada seorangpun datang membawa amalan yang lebih afdhal darinya kecuali orang yang mengucapkan zikir yang sama dengan yang diucapkannya atau lebih dari yang diucapkannya.”

 

Masih dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau mengabarkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam:  “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan lisan tapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh Allah yang Maha Rahman, yaitu subhanallah wa bihamdihi dan subhanallahil azhim.” (HR. Al-Bukhari no. 6406 dan Muslim no. 6786)

 

4. Banyak berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan jaminan keamanan dari kemunafikan,

karena orang-orang munafik sedikit sekali zikirnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya tentang munafikin:  “Mereka tidak mengingat  Allah kecuali sedikit.” (An-Nisa: 142)

 

5. Zikir merupakan tanaman surga.

Abdullah bin Mas’ud z berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam  bersabda:  “Pada malam aku diisra’kan, aku berjumpa dengan Nabi Ibrahim Al-Khalil q. Ia berkata, ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan beritahu mereka bahwa surga itu bagus tanahnya, segar airnya (tidak asin), dan di surga tersedia tanah yang kosong tanpa pepohonan, dan yang akan ditanam untuk menutupi tanah kosong tersebut adalah ucapan:  “Subhannallah Walhamdulillah Wala ilaha illallah Allahu Akbar  (maaf, tulisan arabnya gagal tertulis disini karena masalah teknis, red).  (HR. At-Tirmidzi no. 3462, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 105)

 

6. Orang yang berzikir kepada Allah subhanahu wata’ala akan mendapatkan shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para malaikat-Nya.

Tentunya dengan itu ia mendapat keberuntungan yang besar. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:  “Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberikan shalawat atas kalian dan juga para malaikat, yang dengan sebab itu Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya yang terang-benderang. Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab: 41-43)

 

Adapun shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-Nya maknanya adalah pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada si hamba di hadapan para malaikat. Ada juga yang mengartikannya dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk si hamba. Sementara shalawat malaikat bermakna permintaan doa dan ampunan untuk si hamba, sebagaimana penjelasan Al-Hafizh Ibnu Katsir t dalam tafsirnya. (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 6/265-266)

 

Demikian keutamaan zikir yang dapat kami sebutkan dan masih banyak keutamaan yang lain…

 

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.



Wedha Kencana

Sumber :  
Keutamaan Berdzikir ,  (ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah)
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 047
Untuk membaca tulisan arabnya / melihat sumber aslinya silahkan klik http://asysyariah.com/keutamaan-berdzikir.html

Sunday, October 28, 2012

Wanita, Ujian Berat Yang Sangat Menggoda Setiap Pria


Al-Hafizh Ibnu Katsir t menerangkan, “Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan tentang perkara yang dijadikan indah pada pandangan manusia dalam kehidupan dunia ini berupa berbagai macam kelezatan, dari jenis wanita, anak-anak, (dan lainnya). Allah Subhanahu wata’ala memulai dengan penyebutan wanita karena fitnah yang didapatkan dari mereka amat besar, sebagaimana disebutkan di dalam hadits.” (Tafsir Ibni Katsir, 2/15)

 

Hampir-hampir tidak ada lelaki yang dapat selamat dari fitnah yang dilihatnya di setiap tempat ini, apakah di jalan, di televisi, di internet, di majalah, di tempat kerja, di pasar, dan di tempat-tempat lain. Yang dilihat bukan wanita yang rapat menutup aurat bahkan sebaliknya mengumbar aurat. Kalaupun ada yang berusaha menutup aurat, namun jauh dari aturan busana muslimah yang syar’i dengan model kerudung dua warna atau yang diberi pernak-pernik dengan gelungan rambut yang diangkat tinggi di baliknya (model punuk unta, -red.), dan baju panjang sampai mata kaki dengan bordiran atau hiasan lain di sana-sini, misalnya. Sungguh, penampilan tabarruj yang dilarang oleh Allah Subhanahu wata’ala.

 

Adalah sukses besar apabila ada lelaki yang selamat dari godaan wanita cantik, bukan karena si lelaki melihat tidak ada peluang ke arah sana atau situasi kondisi tidak mendukung, namun ia menolak karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala. Maka dari itu, keutamaan yang agung bagi Nabi Yusuf ‘alaihi salam saat beliau menolak ajakan berzina dari istri al-Aziz, pembesar Mesir, yang jatuh cinta kepadanya. Dalam posisi wanita itu bukan perempuan biasa dan beliau sendiri adalah seorang pemuda yang sedang mencapai puncak jiwa mudanya yang biasanya punya kecenderungan syahwat yang besar terhadap wanita, apatah lagi si wanita jelita telah berserah diri….

 

Karena itu, pantas sekali lelaki yang bisa berbuat demikian mendapatkan janji beroleh naungan pada hari kiamat, di saat tidak ada naungan selain naungan Allah Subhanahu wata’ala  . Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,  “ Ada tujuh golongan yang Allah Subhanahu wata’ala naungi dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. (Di antaranya) seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang punya kedudukan dan kecantikan namun ia menolak dengan berkata, “Aku takut kepada Allah Subhanahu wata’ala  .” (HR. al-Bukhari no. 6806 dan Muslim no. 2377)

 

Menghadapi dahsyatnya fitnah wanita yang seakan mengepung kaum lelaki, ada beberapa cara yang bisa ditempuh agar kita selamat darinya dengan pertolongan Allah Subhanahu wata’ala  1, di antaranya:

 

1. Beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan takut kepada-Nya

Iman kepada Allah Subhanahu wata’ala dan takut kepada-Nya merupakan tali kekang yang menahan seorang hamba dari berbuat haram dan menceburkan diri ke dalam lumpur hitam syahwat.

Apabila seorang mukmin tumbuh dengan merasakan pengawasan Allah Subhanahu wata’alaserta menelaah rahasia dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya seperti al-Alim (Maha Berilmu), as-Sami’ (Maha Mendengar), al-Bashir (Maha Melihat), ar-Raqib (Maha Mengawasi), asy-Syahid (Maha Mempersaksikan), al-Hasib (Maha Menghitung), al-Hafizh (Maha Menjaga), dan al-Muhith (Maha Meliputi), niscaya akan membuahkan rasa takut kepada-Nya dalam keadaan rahasia/tersembunyi ataupun terang-terangan di tengah banyak orang. Hal itu juga akan membuat si hamba berhenti dari berbuat maksiat, dan menghalangi dirinya menerima ajakan syahwat yang arah menuju kejelekannya demikian kuat.

 

2. Menundukkan pandangan dari melihat yang haram

Pandangan mata akan membuat lintasan-lintasan buruk di dalam hati, lalu betikan/lintasan tersebut meningkat menjadi pikiran, kemudian naik menjadi syahwat, lalu muncullah keinginan buruk. Bila bertambah kuat tanpa bisa dikendalikan, jatuhlah pelakunya ke dalam perbuatan yang haram.

Perhatikanlah ayat berikut ini, bagaimana Allah Subhanahu wata’ala menggandengkan pandangan mata kepada yang haram dengan penjagaan kemaluan.

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka….” (an-Nur: 30)

 

Al-Hafizh Ibnu Katsir t mengatakan, “Ini adalah perintah Allah Subhanahu wata’alakepada para hamba-Nya yang beriman agar menundukkan sebagian pandangan mata mereka dari hal yang diharamkan atas mereka, sehingga mereka tidak memandang selain sesuatu yang dibolehkan bagi mereka dan agar mereka menundukkan pandangan mereka dari hal yang haram. Apabila secara tidak sengaja pandangan mata jatuh pada yang haram, hendaklah ia segera memalingkannya.” (Tafsir Ibni Katsir, 5/396)

Jarir bin Abdillah al-Bajali z berkata, “Aku pernah menanyakan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku agar memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim)

 

3. Menolak lintasan hati yang jelek

Perkara jelek yang terlintas dalam hati sungguh berbahaya. Ketika betikan itu datang pada seseorang lalu ia tidak berusaha menepisnya maka akan meningkat menjadi pikiran, lalu keinginan, selanjutnya tekad yang kuat, kemudian perbuatan yang haram.

Maka dari itu, berhati-hatilah membiarkan niatan jelek terlintas di hati. Seharusnya hal itu ditolak dan diganti dengan betikan hati yang baik.

Dengan demikian, cara mengobati bila muncul niatan yang buruk adalah dengan bersegera menepisnya dan menyibukkan jiwa dengan memikirkan hal yang bermanfaat baginya.

 

4. Menikah

Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,  “Wahai sekalian pemuda! Siapa di antara kalian yang memiliki kemampuan, hendaknya dia menikah, karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, karena puasa adalah tameng baginya….” (HR. al-Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 3384)

 

5. Berpuasa bagi yang belum mampu menikah

Ini berdasarkan hadits yang disebutkan di atas. Al-Imam al-Qurthubi t berkata, “Apabila sedikit makan, syahwat pun lemah. Apabila syahwat lemah, sedikitlah maksiat.”

 

6. Menjauh dari teman-teman yang buruk.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,  “Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat dengan siapa dia bersahabat.” (HR. Abu Dawud no. 4193, dinyatakan hasan oleh al-Imam al-Albani t dalam Shahih Abi Dawud)

Oleh karena itu, seseorang harus pandai-pandai memilih teman dan hati-hati dalam bergaul. Jangan sampai ia berteman dengan seseorang yang akan menyeretnya ke dalam perbuatan dosa. Betapa banyak orang yang semula dikenal sebagai orang baik-baik, namun karena pengaruh teman, ia menjadi orang yang jelek.

 

7. Menjauh dari tempat-tempat godaan/cobaan

Tidak tersembunyi bagi kita bahwa sekarang ini kita hidup di tengah masyarakat yang dikepung oleh godaan dari segala arah, baik bersumber dari media massa, poster-poster di jalanan, iklan-iklan, wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang di hampir setiap tempat, produk-produk yang memajang gambar/model wanita; di bungkus sabun, kemasan shampo, pasta gigi, produk makanan dan minuman, dan sebagainya.

Oleh karena itu, berusahalah menjauh darinya agar selamat. Bagaimana caranya? Salah satunya seperti yang telah disebutkan di atas: menundukkan pandangan.

Wallahul musta’an, mohonlah pertolongan kepada Allah Subhanahu wata’aladari badai fitnah di sekeliling kita.

 

8. Bersemangat mengisi waktu dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala

Waktu adalah nikmat yang sangat agung dari sekian nikmat Allah Subhanahu wata’alayang diberikan-Nya kepada para hamba. Akan tetapi, banyak orang yang melalaikannya. Ibnu Abbas c berkata bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan orang merugi (terhalang dari mendapat kebaikan dan pahala) di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari no. 6412)

 

Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin t menasihatkan, “Sepantasnya insan yang berakal memanfaatkan waktu sehat dan waktu luangnya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah k sesuai dengan kemampuannya. Jika ia dapat membaca al-Qur’an, hendaknya ia memperbanyak bacaannya. Apabila ia tidak pandai membacanya, hendaknya ia memperbanyak zikir kepada Allah Subhanahu wata’ala(sambil berusaha belajar membaca al-Qur’an tentunya, –pen.). Apabila tidak, ia melakukan amar ma’ruf nahi mungkar atau mencurahkan kemampuannya untuk membantu dan beramal kebaikan kepada saudara-saudaranya. Semua ini adalah kebaikan yang banyak, namun terluputkan dari kita.” (Syarhu Riyadhis Shalihin, 1/452)

 

9. Mengingat nikmat akhirat

Khususnya adalah mengingat kebaikan yang disiapkan oleh Allah Subhanahu wata’aladi surga kelak bagi insan beriman yang bersabar menjauhi maksiat, yaitu hurun ‘in (bidadari surga yang bermata jeli) dengan segala sifatnya yang sangat istimewa. Mereka tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan perempuan-perempuan yang dilihatnya di dunia, secantik apa pun.

Semoga tulisan ini membantu seorang muslim untuk bersikap zuhud dari mengejar dan menceburkan diri ke dalam “nikmat dunia” yang fana lagi diharamkan, yang tidak mewariskan selain kerugian dan penyesalan.

 

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.



Wedha Kencana
 
Sumber :
Kiat Menghadapi Ujian Wanita, Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 079
(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Ishaq al-Atsariyah)

Saturday, October 27, 2012

Jangan Mengambil Hak/Milik Orang Lain, Walaupun Hanya Setangkai Siwak

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Barangsiapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya surga,” maka salah seorang bertanya,”Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi (siwak).”[HR Muslim]

 

“Sungguh akan datang kepada manusia suatu masa, yaitu seseorang tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan harta, dari jalan halal ataukah (yang) haram”. [HR Bukhari]

 

Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah. Dia-lah yang telah memberikan ampunan kepada setiap pelaku dosa. Dan Allah pula yang telah melipat-gandakan pahala bagi para pelaku kebajikan. Dia melimpahkan berbagai kebaikan dan kenikmatan kepada segenap makhlukNya.

 

 

Ketahuilah, pemberian terbaik yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba adalah keimanan dan ketakwaan. Kekayaan dan kecukupan hidup, hendaknya tidak menjadi kendala seseorang untuk bertakwa. Dia juga harus yakin, bahwa iman dan takwa merupakan nikmat dan karunia Allah semata. Oleh karena itu, pemberian yang sedikit, jika disyukuri dan dirasa cukup, itu lebih baik daripada banyak tetapi masih menganggapnya selalu kekurangan. Sehingga tidaklah berfaidah limpahan nikmat dan banyaknya harta bagi orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah.

 

Ingatlah, kekayaan tidak disebabkan harta yang melimpah. Namun kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan yang terdapat pada jiwa. Yaitu jiwa yang selalu qana’ah (yaitu rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan, red) dan menerima dengan lapang dada setiap pemberian Allah kepadanya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  “Sungguh beruntung orang yang telah berserah diri, diberi kecukupan rizki dan diberi sifat qana’ah terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya”. [HR Muslim]

 

Dengan sifat qana’ah ini, seorang muslim harus bisa menjaga dalam mencari rizki atau mata pencaharian. Ketika bermu’amalah dalam mencari penghidupan, jangan sampai melakukan tindak kezhaliman dengan memakan harta orang lain dengan cara haram. Inilah kaidah mendasar yang harus kita jadikan barometer dalam bermu’amalah. Allah berfirman :  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu…” [an Nisaa/4 : 29].

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. [al Baqarah/2 : 188].

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan :  “Setiap muslim terhadap muslim yang lain adalah haram darahnya, harga dirinya, dan hartanya”. [HR Muslim].

Lihatlah contoh pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallm. Ketika menjual kepada al ‘Adda`, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuliskan : “Ini adalah yang telah dibeli al ‘Adda` bin Khalid bin Haudhah dari Muhammad Rasulullah. Dia telah membeli tanpa cacat yang tersembunyi. Tidak ada tipu daya maupun rekayasa,” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan : “Inilah jual beli muslim dengan muslim yang lainnya”.

Begitulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh etika jual beli sesama muslim, dengan mengadakan akad secara tertulis, dan tidak ada unsur dusta.

 

Namun para pemburu dunia yang tamak, telah menempuh jalan menyimpang dalam mencari harta. Mereka lakukan dengan cara batil, melakukan tipu daya, memanipulasi, dan mengelabuhi orang-orang yang lemah. Bahkan ada yang berkedok sebagai penolong kaum miskin, tetapi ternyata melakukan pemerasan, memakan harta orang-orang yang terhimpit kesusahan, seolah tak memiliki rasa iba dan belas kasih. Berbagai kedok ini, mereka namakan dengan pinjaman lunak, gadai, lelang, atau yang lainnya. Kenyataannya, bantuan dan pinjaman tersebut tidak meringankan beban, apalagi mengentaskan penderitaan, tetapi justru lebih menjerumuskan ke dalam jurang penderitaan, kesusahan dan kemiskinan. Benarlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  “Sungguh akan datang kepada manusia suatu masa, yaitu seseorang tidak lagi peduli dari mana dia mendapatkan harta, dari jalan halal ataukah (yang) haram”. [HR Bukhari]

 

Kita menyaksikan pada masa ini, betapa menjamurnya usaha-usaha yang diharamkan agama, seperti bandar perjudian, praktek perdukunan, para wanita tuna susila, hasil perdagangan dari barang-barang yang diharamkan semisal khamr, rokok dan narkoba, hasil pencurian dan perampokan, tidak jujur dalam perdagangan dengan penipuan dan mengurangi timbangan, memakan riba, memakan harta anak yatim, korupsi, kolusi. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita :  “Demi Allah, bukanlah kefaqiran yang aku takutkan menimpa kalian. Akan tetapi, yang aku takutkan adalah terbukanya dunia bagi kalian, sebagaimana telah terbuka bagi umat-umat sebelum kalian. Sehingga kalian akan berlomba-lomba, sebagaimana mereka telah berlomba-lomba. Demikian itu akan menghancurkan kalian, sebagaimana juga telah menghancurkan umat sebelum kalian”. [Muttafaqun 'alaih].

 

Ketahuilah, seseorang yang memakan harta haram, hidupnya tidak akan tenang dan bahagia. Doa yang dia panjatkan akan tertolak. Rasulullah telah menyebutkan sebuah kisah. Yaitu seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sampai keadaannya menjadi kusut dan berdebu, kemudian dia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa “ya Rabbi, ya Rabbi,” akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dikenyangkan dari yang haram. Lantas, bagaimana mungkin doanya bisa dikabulkan?! [HR Muslim].

 

Oleh karena itu, ingatlah terhadap hisab, pembalasan dan siksa di akhirat. Para pelaku kezhaliman akan mengalami kebangkrutan di akhirat. Meskipun ia membawa pahala begitu banyak yang dikumpulkan ketika di dunia, namun pahala-pahala yang telah berhasil ia himpun sewaktu di dunia, akan dialihkan kepada orang-orang yang pernah dia zhalimi. Jika pahalanya telah habis sementara kezhaliman yang ia lakukan belum bisa tertutupi, maka dosa orang-orang yang dia zhalimi dialihkan kepada dirinya, sehingga dia terbebani dengan dosa orang-orang yang ia zhalimi tersebut, sehingga ia pun bangkrut tanpa pahala. Dan akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka. Wal ‘iyyadzu billah.

 

Lihatlah sekarang ini, begitu banyak orang-orang yang pintar namun licik dengan memakan harta orang lain. Bahkan ada di antaranya yang mempermasalahkan dan membawanya ke hadapan hakim. Ditempuhlah berbagai cara, supaya bisa mendapatkan harta yang bukan menjadi haknya. Padahal, barangsiapa mengambil bagian hak milik orang lain, maka hakikatnya dia telah mengambil bagian dari bara api neraka.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  “Barangsiapa merampas hak seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan baginya surga,” maka salah seorang bertanya,”Meskipun sedikit, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,”Ya, meskipun hanya setangkai kayu sugi (siwak).”[HR Muslim]

 

Kepada para majikan, ingatlah! Janganlah Anda menyunat upah para pegawai, atau malah enggan membayarnya. Takutlah kepada Allah. Ketahuilah, para pegawai yang telah bekerja tersebut, mereka telah mengorbankan pikiran, waktu dan tenaga untuk Anda. Para pekerja itu juga memiliki tanggungan anak dan isteri yang harus dinafkahi. Sungguh, celakalah orang-orang yang berbuat zhalim. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan.  “Berilah upah kepada para pegawai sebelum kering keringatnya”. [HR Ibnu Majah].

Bahwa usaha yang haram tidak akan menghasilkan, kecuali kebinasaan. Suap demi suap makanan yang didapat dari jalan haram, akan menurunkan harga diri kita di masyarakat. Sebaliknya, usaha yang baik dan halal, walaupun sedikit, akan menjadi pahala dan tabungan yang selalu bertambah tidak terputus di akhirat dan berbarakah.

 

Dalam kehidupan, terkadang kita tidak bisa dipisahkan dengan apa yang disebut dengan hutang, disebabkan adanya keperluan tertentu. Meski demikian, sebaiknya kita menjauhi dan menghindari hutang, kecuali keadaan telah memaksanya, karena adanya hajat mendesak, yang tak mungkin kecuali harus dengan menempuh hutang. Karena seorang yang berhutang, ia akan selalu dalam keadaan tertawan, sampai dia melunasi hutangnya.

Dikisahkan, ada seseorang yang bertanya di hadapan Rasulullah :  “Wahai, Rasulullah. Bagaimana menurut engkau bila aku terbunuh fi sabilillah, apakah dosa-dosaku terhapuskan?” Maka Rasulullah menjawab: “Tentu, bila engkau bersabar dan hanya mengharapkan pahala, terus melangkah maju dan tidak surut mundur, kecuali jika engkau mempunyai hutang. Sesungguhnya Jibril telah mengatakan yang demikian itu kepadaku”. [HR Muslim]

 

Melihat betapa besarnya pengaruh dan akibat yang akan ditanggung oleh orang yang berhutang, maka semestinya kita memiliki kepedulian. Karena, barangsiapa bisa membantu orang yang sedang dalam kesusahan, ikut meringankan beban yang ditanggungnya, memberikan tempo atau bahkan membebaskan orang yang terlilit hutang, maka Allah akan menaungi dirinya pada hari Kiamat. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  “Barangsiapa yang memperhatikan orang yang dilanda kesusahan, atau bahkan ikut menghilangkan kesusahannya, maka Allah akan menaungi dirinya pada hari Kiamat” [HR Muslim].

 

Akhirnya, marilah dalam mencari rizki, tetaplah dari jalan yang halal, yang diridhai Allah, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kita hindari sejauh-jauhnya jalan-jalan yang diharamkan. Dan tidak ada kebenaran, kecuali datang dari Allah dan RasulNya. Wallahu a’lam.

 

Oleh  Syaikh Shalah al Budair
(Diadaptasi oleh Abu Ziyad dari Khutbah Jum’at di masjid Nabawi dengan tema : Al Makasibul Khabitsah oleh Syaikh Shalah al Budair,  tulisan disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Solo)

Friday, October 26, 2012

Khutbah Jum'at "Amal di bulan dzulhijjah"
















Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Segala puji hanyalah milik Allah. Maka tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan setalah menyadari nikmat-nikmatNya, kecuali memuji-Nya dengan segala pujian yang diajarkan-Nya kepada kita. Lalu hati kita juga khusyu’ mensyukuri nikmat-nikmat itu, seraya memimpin anggota bada kita untuk tunduk dan taat dalam
menjalankan ibadah semata-mata kepada-Nya. Hanya dengan integrasi ketiga bentuk amal itulah syukur kita menemukan hakikatnya.

Ayyuhal muslimuun hafidzakumullah,
Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari madrasah Ramadhan, dan kini bersiap dengan tarbiyah Allah SWT yang lain, yakni madrasah Dzulhijjah.
 

Mengapa disebut madrasah Dzulhijjah? Karena pada bulan ini ada tiga ibadah besar yang sarat dengan nilai-nilai tarbiyah; haji, shalat idul adha dan qurban. Di samping ada pula ibadah sunnah muakkad bagi yang tidak menunaikan haji yakni puasa arafah.

Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,
Karenanya, melalui mimbar Jum’at ini khatib mengajak diri sendiri dan kita semua untuk mempersiapkan diri menyongsong bulan Dzulhijjah ini. Sehingga saat ia datang menjumpai kita, kita telah siap dengan amal-amal di bulan ini sekaligus mengambil nilai-nilai tarbiyah yang ada di dalamnya.


Pertama, Haji
Saat ini sebagian saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji telah berada di tanah suci. Inilah rangkaian ibadah yang mengandung muatan tarbiyah historis yang luar biasa. Agar manusia mengambil pelajaran yang tak ternilai dari sana. Bukan hanya bagi mereka yang sudah dipanggil Allah dalam menunaikannya, tetapi juga bagi kita yang belum berkesempatan menjalankan rukun Islam yang kelima.

Diantara pelajaran yang begitu tampak dari ibadah haji adalah deklarasi persamaan derajat manusia di dalam Islam. Islam bukanlah agama yang mempertahankan atau mendukung diskriminasi atas dasar warna kulit dan suku bangsa. Allah tidak membedakan manusia dari segi hartanya, popularitas, maupun jabatan dan kekuasaannya. Karenanya berkumpullah jutaan orang di Masjidil Haram, 260 ribu diantaranya dari Indonesia; mereka setara! Semuanya berbaur menjadi satu sebagai hamba Allah; tak ada bedanya antara presiden dan rakyat biasa, tak ada bedanya antara direktur dan petani-petani desa. Bahkan saat ihram, sekaya dan setinggi apapun jabatan seseorang, mereka semua sama hanya berbalut kain ihram yang tidak berjahit.

Kita pun, yang tidak berada di Masjidil Haram, seharusnya sadar akan hakikat nilai manusia di hadapan Allah SWT. Mereka semua sama. Yang membedakan dan membuat seseorang lebih mulia daripada lainnya adalah ketaqwaannya.
"Sesungguhnya manusia yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa". (QS. Al-Hujurat : 13)
Hakikat ini seharusnya tertanam kuat dalam jiwa kita dan menjadi pemicu bagi kita untuk   terus   meningkatkan   ketaqwaannya.   Sementara   banyak   orang   yang mengumpulkan bekal untuk kehidupan dunianya, Allah menunjukkan pula kepada kita untuk mempersiapkan sebaik-baik bekal, yakni taqwa.  "Dan berbekallah kalian. Sesungguhnya bekal yang terbaik adalah taqwa." 
(QS. Al-Baqarah : 197)

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Selain nilai tarbiyah di atas, haji juga sarat dengan napak tilas sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ka’bah merupakan tempat ibadah yang dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim. Ia simbol ketauhidan, dan ke arahnya umat Islam berkiblat dalam shalat. Sai mengingatkan ikhtiar serius istri Nabi Ibrahim, Hajar, dalam upaya regenerasi ahli tauhid. Melontar jumrah juga merupakan simbol perlawanan kepada syaitan, yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim, dan hingga kiamat nanti statusnya memang tidak pernah berubah; syaitan adalah musuh yang nyata bagi orang yang beriman.

Lebih dari itu, semua ibadah haji merupakan kepatuhan dan ketundukan total kepada Allah sebagai   pembuat   syariat. Bagaimana   petunjuk  Allah   dalam   beribadah, begitulah kita harus mengerjakannya. Bagaimana perintah Allah kepada orang beriman, begitulah ia harus sami’na wa atha’na. Dengan demikian ibadah haji menjadi ibadah yang sangat berat. Selain menyediakan biaya yang sangat besar dan membutuhkan fisik yang prima, kondisi ruhiyah juga harus terjaga selama ibadah ini ditunaikan. Maka, sebanding dengan beratnya kombinasi dari ibadah qalbiyah, ibadah badaniyah, dan ibadah maliyah ini, Allah telah menyediakan balasan yang luar biasa pula:
"Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga". (HR. Bukhari dan Muslim)

Lalu bagaimana dengan kita yang di bulan Dzulhijjah 1430 H ini belum mampu menunaikan haji? Masih ada banyak kesempatan amal untuk kita kerjakan.


Memperbanyak ibadah dan amal shalih di sepuluh hari pertama Dzulhijjah
Bagi kita yang tidak berhaji pun, kesempatan emas terbuka untuk meraih banyak keutamaan di bulan Dzulhijjah. Memperbanyak ibadah pada tanggal 1 Dzulhijjah sampai dengan 10 Dzulhijjah merupakan pilihan yang cerdas, sebab banyak hadits yang menjelaskan keutamaannya. Ibadah itu bisa berupa memperbanyak shadaqah, berdzikir, tilawah, dan amal shalih lainnya.

Rasulullah SAW bersabda:
  “Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih disukai oleh Allah Azza wa Jalla
dari pada hari-hari ini, yakni hari pertama hingga kesepuluh Dzulhijjah.” Para shahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, meskipun dibandingkan dengan berjihad fisabilillah?” Beliau menjawab, “Memang, meskipun dibandingkan dengan berjihad fisabilillah, kecuali seorang yang pergi membawa nyawa dan hartanya, kemudian tidak satu pun diantara keduanya itu yang kembali (mati syahid).”
(HR. Jamaah kecuali Muslim dan Nasai)

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada hari-hari yang dianggap lebih agung oleh Allah SWT dan lebih disukai untuk   digunakan   sebagai   tempat   beramal   sebagaimana   hari   pertama   hingga
kesepuluh Dzulhijjah ini. Karenanya, perbanyaklah pada hari-hari itu bacaan tahlil, takbir, dan tahmid".
(HR. Ahmad)

"Tidak   ada   hari-hari   yang   lebih   disukai   Allah   untuk   digunakan   beribadah sebagaimana halnya hari-hari sepuluh Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar". (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Baihaqi)
Puasa Arafah.
Ayyuhal muslimuun hafidzakumullah,
Puasa ini disunnahkan bagi kita yang tidak sedang mengerjakan haji. Adapun bagi mereka para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan berpuasa. Saat itu mereka harus wukuf di Arafah. Dengan demikian, keutamaan hari Arafah bisa dinikmati oleh orang yang sedang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji.

Keutamaan puasa Arafah ini diriwayatkan oleh Abu Qatadah r.a. :
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab,  “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)

Subhaanallah, luar biasa. Mendengar keutamaan puasa Arafah ini, pantaslah bila pada  hari Arafah itu banyak orang yang dibebaskan Allah SWT dari siksa neraka.

"Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api
neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah." (HR. Muslim)


Shalat Idul Adha
Ikhwatal iman yahdikumullah,
Amal khusus di bulan Dzulhijjah berikutnya adalah Shalat Idul Adha. Jumhur ulama’ menjelaskan bahwa hukumnya sunnah muakkad, dan ada beberapa ulama’ yang berpendapat hukumnya wajib. Jika pada shalat idul fitri disunnahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat, maka shalat idul adha adalah kebalikannya: disunnahkan makan setelah shalat id.


Berqurban
Ayyuhal muslimuun rahimakumullah,
Amal lainnya yang sangat istimewa dan khusus di bulan Dzulhijjah ini adalah qurban. Ibadah  qurban ini juga   sarat dengan nilai   tarbiyah. Bahkan   sejarah disyariatkannya  qurban  pada  masa  Nabi  Ibrahim adalah  sejarah  pengorbanan,

ketaatan,  serta  proses  taurits  di  dalam keluarga  muslim.  Kita  sekarang  tidak diperintahkan untuk menyembelih Ismail-ismail kita, tetapi menyembelih kambing, domba, sapi, atau unta sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kita kepada Allah SWT.


Keutamaan qurban sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:  "Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berkurban." (HR. Tirmidzi)

Demikianlah amal-amal khusus selama bulan Dzulhijjah. Semoga Dzulhijjah 1430 ini semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT sehingga kita memperoleh ridha, rahmat, dan ampuan-Nya. 

Dengan demikian, kita bisa berharap bertemu Allah kelak di surga. Amin ya rabbal alamin


Sumber:  Dakwa bersama

Selamat Hari Raya Idul Adha 1433H

 ALLAHU AKBAR 3x. Gema takbir berkumandang memecahkan suasana sepi yang merasuk sukma dan menenangkan jiwa. Semoga suasana itu jadi bagian di hari raya Qurban ini bagi kita semua. Amin.

 

Kami segenap Keluarga Besar Soedirham Ali Ridho Bsc.
Wedha Kencana Sekeluarga
Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1433H
Minal Aidzin Walfaidzin
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
"Taqobalallahu minna wa minkum"
 
 
 
 

PENDAHULUAN

Qurban adalah salah satu amalan ibadah sunnah yang disyariatkan bagi umat Islam setiap datangnya hari raya Idul Adha. Istilah qurban dikenal sejak  Nabi Adam , yaitu peristiwa qurban yang dilakukan oleh  2 putra nabi Adam yang bernama Qobil dan Habil demi untuk merebutkan  seorang istri. Barang siapa yang qurbannya diterima maka dialah yang berhak untuk mengawininya.

Adapun Qurban yang disyariatkan kepada nabi Muhammad adalah mengikuti jejak nabi Ibrahim. Suatu hari Nabi Ibrahim mendapat wahyu melalui mimpi. Beliau diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail. Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih putra kesayangannya tiba-tiba malaikat Jibril datang menggantikannya dengan seekor domba. Itulah awal disyariatkan qurban.
Banyak ulama menjelaskan bahwa menyembelih hewan qurban pada hari idul Adlha lebih utama dari pada sedekah yang senilai atau harga hewan qurban atau bahkan sedekah yang lebih banyak dari pada nilai hewan qurban. Karena maksud terpenting dalam berqurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu, menyembelih qurban lebih menampakkan syi’ar islam dan lebih sesuai dengan sunnah.
 
Ibadah Qurban pada hakekatnya yang sampai pada Allah SWT adalah nilai dari ketaqwaan orang yang berkurban bukan daging-daging dari binatang kurbannya. Sebagaimana firman Allah yang 
artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. ( QS Al Hajj 37 )
 

BAB
QURBAN

A.     Pengertian
                     
Kata ”al Adla-hi” jamak dari kata  ”Udlhiyatun” dengan dhommah hamzah. boleh kasrh hamzah dan boleh pula di buang hamzah itu dengan fathah dla’ sehingga menjadi ”dlahiyyah”seakan-akan kata itu diambil dari nama waktu di syariatkan penyembelihan.oleh karena itu dinamailah hari Adlha.
Qurban adalah binatang yang di sembelih atas nama Alloh guna ibadah kepada Alloh pada hari raya idul adha dan tiga hari setelahnya yaitu tanggal 11 sampai 13 Dzulhijjah. ( Hari Tasyrik )


B.  Cara Penyembelihan Qurban
                                          
وله من حديث عا ئشة رضي الله عنها امر بكبش اقرن يطاء فى سواد وينظر فى سواد فاتي به ليضحي به فقال لها  يا عائشة هلمي المدية ثم قال اشحديها بحجر ففعلت ثم اخذها واخذه فاضجعه ثم ذبحه ثم قال بسم الله اللهم تقبل من محمد وال محمد من امة محمد ثم ضحى به
Artinya : Menurutnya (riwayat muslim) dari Aisyah r.a beliau (Rosululloh SAW) memerintahkan bahwa kibas yang bertanduk , yang bagian kakinya hitam , lalu di bawakan kibas itu kepadanya untuk brliau qurban.lalu beliau bersabda kepadanya :  ” Ya Aisyah, bawalah pisau “, kemudian beliau bersabda lagi : “asahlah pisau itu dengan batu “, setelah dia kerjakan (mengasahnya) , kemudian beliau mengambil pisau dan kibas itu , lalu membaringkannya kemudian beliu menyembelihnya sambil mengucapkan : ”Dengan nama Alloh , ya Alloh terimalah dari  Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad.” kemudian beliau menyembelih qurbannya..
 
          Dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa sunah pembaringan kambing (hewan sebelum di sembelih) , tidak boleh disembelih dalam keadaan berdiri atau tidur, karena dengan membaringkannya lebih bersifat penyantun terhadap hewan dan cara tersebut telah  di sepakati oleh para ulama’.
           Dalam hadits itu pula disunahkan berdoa agar qurban dan amal-amal lainnya di terima oleh Alloh.Nabi ibrahim khalilulloh dan putranya ismail yang mau disembelih pernah berdoa dan di abadikan dalam Al-Quran surah Al baqarah ayat 127
 
Artinya  : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".

Pada waktu penyembelihan qurban Rosululloh SAW menghadapkan hewan itu kearah qiblat beliau membaca surah Al-An’am ayat 79 :
Artinya : Sesungguhnya saya menghadapkan wajahku kepada Alloh yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan cenderung kepada agama yang benar dan saya bukan termasuk orang-orang musyrik.

C.     Hukum Qurban
Ulama’ berbeda pendapat tentang hukum qurban, sebagian ulama’  mengatakan wajib dan sebagian lain mengatakan sunnah.
1.      Ulama’ yang berpendapat hukum qurban adalah wajib. Alasanya adalah :
عن ابي هر يرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلي الله عليه وسلم من كان له سعة ولم يضحي فلا يقربن مصلان ـ روه احمد وابن ماجه وصححه الحاكم ورجع الائمه غيره وقفه
  Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Beliau berkata : Rosulullah SAW bersabda “ Barang siapa yang ada kemampuan, tetapi dia tidak berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat sholat kami.

Hadits tersebut menunjukkan kewajiban berqurban atas orang yang memiliki kemampuan, karena sesungguhnya tatkala Rosulullah melarang mendekati tempat shalat itu menunjukkan bahwa dengan meninggalkan qurban berarti dia telah meninggalkan kewajibannya. Sebagaimana firman Alloh dalam surat Al Kautsar 2
Artinya :  Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah


2.      Ulama’ yang berpendapat Hukum Qurban adalah Sunnah

            Alasannya berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi juga  dari Ibnu Abbas bahwa Rasululloh bersabda :
ثَلاَ ثُ هُنَ عَلَيَّ فَرْضٌ وَلَكُمْ تَطَوُّعُ وَعَدَّ مِنْهَا الضَّحِيَّةَ
Artinya : ada 3 tugas yang wajib atas saya dan agi kamu sekalian hanya sunat saja dan beliau menyebut diantaranya yaitu Qurban.
 
Menurut para sahabat , para tabi’in dan fuqoha’ (imam syafi’i) bahwa qurban itu sunnah muakkad . sebagaimana hadits dari Ummu salamah yang diriwayatkan muslim bahwasannya rosululloh telah bersabda :
اذا دخلت العشر فاراد احدكم ان يضحي فلا يئاخد من شعره ولا بشره شيئا ـ رواه مسلم
Artinya : Apabila sudah masuk hari ke 10 bulan dzulhijjah , lalu seseorang diantara kamu ingin berqurban, maka jangan hendaknya dia mengambil bulunya dan kulitnya sedikitpun. ( HR Muslim )
 
Qurban yang dilakukan karena nadhar hukumya wajib maksudnya jika ada seseorang yang akan melakukan kurban jika mendapat sesuai atau terhindar sesuatu , dan ternyata orang tersebut benar-benar mendapat sesuatu atau terhindar dari sesuatu tersebut maka wajib baginya untuk memenuhi nadharnya yaitu berkurban. Dan orang tersebuit tidak boleh memakan dari daging kurbannya sedikitpun hal ini berbeda dengan kurban biasa ( bukan karena nadhar ) bagi yang berkurban boleh makan daging hewan kurbannya asal tidak melebihi 1/3 nya.

D.    Waktu penyembelihan qurban
Waktu penyembelihan qurban adalah : setelah sholat idul adha ( tgl 10 Dzuljjah ) sampai sebelum terbenamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijah.
عن جندب بن سفيا ن قال : شهد ت الا ضحي م رسول الله صلي الله عليه وسلم فلما قضي صلا ته بالناس نظر الي غنم قد ذبحت فقال من ذبح قبل الصلا ة فليذبح شات مكانها ومن لم يكن ذبح فليذبح علي اسم الله ـ متفق عليه
Artinya : Dari jundun bin syufyan r.a beliau berkata : saya menyaksikan hari raya qurban bersama rosululloh S.A.W setelah beliau selesai dari sholatnya dengan orang banyak , beliau melihat seekor kambing yang sudah disembelih. Lalu beliau besabda : barang siapa yang menyembelih sebelum sholat , maka hendaklah dia menyembelih seekor kambing lagi sebagai gantinya, dan barang siapa belum menyembelihnya , maka hendaklah dia menyembelih dengan nama Alloh.

Dalam hadits tersebut terkandung dalil bahwa penyembelihan hewan qurban adalah sesudah sholat idul adha,tidak sah penyembelihan sebelumnya (sholat idul adha).Hal ini sebagaimana firman Alloh dalam surah Al-Hajj ayat 28
 Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan, atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.

E.     Hewan yang tidak syah dijadikan qurban
Syarat dari hewan qurban adalah
1. Hewan yang sehat dan tidak cacat.
2. Sudah cukup umur
Hewan yang cacat seperti mata juling ,pincang , sakit dan sangat tua yang tidak punya sum-sum lemak tidak sah untuk qurban sebagaimana hadits Nabi :
عن البراء بن عازب رضي الله عنه قال: قام فينا رسول الله صليالله عليه وسلم فقال اربع لا تجوز فيالضحايا : العوراء البين عورها والمريضة البين مرضها والعزجاءالبين ضلعها ـ والكبيرة التي لاتنقي ـ رواه احمد والاربعة

Artinya : Dari Barra’ bin Azib r.a beliau berkata : Rosuulloh S.A.W berdiri di tengah-tengah kami lalu bersabda : empat macam hewan yang tidak boleh dalam qurban yaitu : yang juling yang nyata julingnya, yang sakit yang nyata sakitnya, yang pincang yang nyata pincangnya dan yang tua bangka yang tidak mempunyai sum-sum atau lemak.

Hadits tersebut sebagai dalil bahwa empat cacat tersebut mencegah sahnya qurban dan dimaafkan cacat-cacat lain selain itu. Menurut pendapat ulama’ Zhohiri, bahwa tidak ada cacat lain selain empat cacat ini, menurut mayoritas ulama’ bahwa di kiaskan kepada empat cacat tersebut cacat – cacat lain yang terdapat lebih berat dari itu atau yang sama dengannya : missal, hewan yang buta dan patah kakinya , putus ekornya, putus telinganya, sangat kurus dll.

Hewan yang boleh untuk kurban adalah : kambing atau domba, sapi atau kerbau dan unta. Adapun ketentuannya adalah kambing atau domba hanya untuk berqurban satu orang, hal ini diqiyaskan dengan denda meninggalkan wajib haji .  sedangkan sapi atau unta untuk berqurban tujuh orang.
عَنْ جَابِرٍ : نَحَرْنَا مَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عليه عَمَ الحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
Artinya Dari Jabir : “ Kami telah menyembelih qurban bersama-sama Rosululloh SAW. pada  tahun Hudaibiyah, seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang. ( Riwayat Muslim )
 
     Adapun yang dimaksud dengan cukup umur adalah :
  1. Domba ( da’ni ) yang telah berumur satu tahun lebih atau sudah berganti gigi ( poel )
  2. Kambing yang telah berumur dua tahun atau sudah berganti gigi ( poel )
  3. Unta yang telah berumur lima tahun lebih atau sudah poel
  4. Sapi dan kerbau sudah berumur dua tahun lebih atau sudah ganti gigi.

F. HIKMAH DAN FADHILAH
·         Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim a.s.
·         Mendidik jiwa kearah takwa dan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t.
·         Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati mahu berbelanja harta kejalan Allah s.w.t.
·         Menghapuskan dosa dan mengharap keredhaan  Allah s.w.t.
·         Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia terutama antara golongan berada dengan golongan yang kurang bernasib baik.
·         Akan memperolehi kenderaan atau tunggangan ketika meniti titian al-Sirat al-Mustaqim diakhirat kelak. Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang artinya: "Muliakanlah qurban kamu kerana ia menjadi tunggangan kamu dititian pada hari kiamat."
 
 
 
 
Sumber:
http://www.abdulrahmansaleh.com/2011_10_01_archive.html 
 

Kemerdekaan Menurut Islam

Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau pribadi yaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Lalu, ba...