Mengenai keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bisa dipastikan dengan empat argumen yang tak terbantahkan yakni: Fitrah, logika, panca indera, dan syariat.
Argumen secara syariat diletakkan pada bagian akhir, bukan karena
kedudukannya tidak penting, melainkan karena argumen akal (fitrah,
logika, panca indera) lebih mudah diterima oleh orang-orang yang lemah
atau belum beriman pada syariat Islam. Allahul Musta’an.
1. Argumen Secara Fitrah
Bahwa setiap makhluk telah diberi fitrah untuk beriman dengan
keberadaan penciptanya tanpa harus berpikir dan diajari terlebih dahulu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengisyaratkan tentang hal ini di dalam
Al-Qur`an melalui firman-Nya: “Dan (ingatlah), ketika Rabbmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah
Aku ini Rabb kalian?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami
menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)’.” (Al-A’raf: 172)
Ayat di atas dengan gamblang menerangkan bahwa setiap manusia secara
fitrah mengimani keberadaan dan Rububiyyah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tak ada yang berpaling dari tuntutan fitrah ini melainkan karena
penyimpangan yang muncul di dalam jiwanya. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang anak dilahirkan
melainkan di atas fitrah, kedua orangtuanyalah yang mengubahnya menjadi
seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
2. Argumen Secara Logika
Bahwa seluruh makhluk yang berada di jagad raya ini pasti ada yang
menciptakan. Tidak mungkin mereka menciptakan diri mereka sendiri.
Karena sesuatu yang awalnya tidak ada tidak mungkin menciptakan dirinya
sendiri. Demikian pula, mereka tidak mungkin tercipta secara tiba-tiba
(ada dengan sendirinya) karena sesuatu yang baru tercipta pasti ada
penciptanya. Bagaimana mungkin alam yang sedemikian teratur rapi dengan
segala rangkaian yang sangat sesuai dan keterkaitan yang sangat erat
antara sebab dengan akibat dan antara sebagian wujud dengan yang
lainnya, akan dinyatakan tercipta secara tiba-tiba?
Sesuatu yang muncul secara tiba-tiba yang pada asalnya tercipta
tanpa suatu keteraturan tidak mungkin dalam eksistensi dan
perkembangannya akan terjadi keteraturan yang sedemikian rapi. Oleh
sebab itu, Allah Yang Maha Agung mengungkap argumen yang logis ini di
dalam Al-Qur`an untuk menggugah hati kaum musyrikin yang masih tertutup
dari keimanan. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu
pun (yakni secara tiba-tiba) ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? Ataukah mereka yang telah menciptakan langit dan bumi
itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah
di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau mereka pula yang
berkuasa?” (At-Thur: 35-37)
Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu ketika masih dalam keadaan
musyrik, pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca ayat-ayat ini. Beliau radhiyallahu ‘anhu berkata: “Hampir saja hatiku terbang, itulah saat pertama keimanan menancap di dalam hatiku.” (HR. Al-Bukhari)
Diriwayatkan bahwa sekumpulan orang-orang India yang menganut aliran
As-Sumaniyyah mendatangi Abu Hanifah untuk mendebatnya dalam perkara
eksistensi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau dikenal sebagai seorang
yang sangat cerdas. Beliau menyuruh mereka agar datang kembali setelah
satu atau dua hari berikutnya. Kemudian mereka berkata, “Bagaimana
pendapatmu tentang hal itu?” Beliau menjawab, “Aku sedang berpikir
mengenai sebuah kapal yang penuh dengan muatan berupa berbagai barang
dan mata pencaharian. Kapal itu berlayar mengarungi lautan dan akhirnya
berlabuh di sebuah pelabuhan, lalu menurunkan barang-barangnya kemudian
pergi. Padahal tidak ada nahkoda dan para buruh yang bekerja untuk
mengangkat muatannya.” Mereka berkata, “Apakah engkau berpikir
demikian?” Beliau menjawab, “Iya.” Mereka pun berkata, “Kalau begitu
berarti engkau tidak punya akal. Apakah masuk akal bahwa sebuah kapal
bisa berlayar, berlabuh, dan pergi kembali tanpa ada nahkodanya? Ini
sama sekali tidak masuk akal.” Beliau menjawab, “Bagaimana akal kalian
tidak bisa menerima hal ini, namun bisa menerima bahwa langit, matahari,
bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pepohonan, binatang-binatang
melata, dan manusia secara keseluruhan tak ada Dzat yang telah
menciptakannya?!”
Kisah lainnya, suatu ketika seorang Arab dusun pernah ditanya,
“Bagaimana engkau mengenal Rabbmu?” Dia menjawab, “Jejak menunjukkan
kepada bekas perjalanan. Tahi onta menunjukkan kepada keberadaan onta.
Maka, langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang, bumi yang memiliki
lorong-lorong, dan lautan yang memiliki ombak-ombak, bukankah semua itu
menunjukkan kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (yakni
Allah Subhanahu wa Ta’ala)?”
3. Argumen Secara Panca Indera
Bahwasanya mengetahui keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui panca indera bisa ditangkap dari dua sisi: - Pengabulan doa dan pertolongan kepada orang-orang yang tertimpa kesusahan.
Kita mendengar dan menyaksikan bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabulkan doa orang-orang yang meminta kepada-Nya dan menolong
orang-orang yang menghadapi kesusahan. Semuanya menunjukkan secara pasti
tentang keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu
ketika dia berdoa, dan kami mengabulkan doanya, lalu kami selamatkan dia
beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al-Anbiya`:76)
“(Ingatlah), ketika kalian memohon
pertolongan kepada Rabbmu, lalu Dia mengabulkannya bagi kalian:
‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan
seribu malaikat yang datang berturut-turut’.” (Al-Anfal: 9)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Seorang Arab dusun
datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jum’at
ketika beliau tengah berkhutbah. Dia berkata, ‘Wahai
Rasulullah, segenap harta telah binasa dan para keluarga telah lapar,
maka berdoalah engkau kepada Allah untuk kami.’ Beliau pun mengangkat
kedua tangannya seraya berdoa. Maka menggumpallah awan-awan laksana
gunung-gunung. Tidaklah beliau turun dari mimbarnya, sampai aku melihat
hujan menetes di atas jenggotnya. Kemudian pada Jum’at yang kedua, orang
Arab dusun itu –atau mungkin juga yang selainnya– kembali berdiri. Dia
berkata, ‘Wahai Rasulullah, bangunan-bangunan telah hancur dan segenap
harta telah tenggelam, maka berdoalah engkau kepada Allah untuk kami.’
Beliau pun kembali mengangkat kedua tangannya sembari berdoa, ‘Ya Allah,
(alihkanlah hujan itu) di sekitar kami dan bukan pada kami.’ Tidaklah
beliau menunjuk kepada satu arah melainkan telah terbuka.” (HR. Al-Bukhari)
Pengabulan doa bagi orang-orang yang meminta kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala senantiasa menjadi sebuah perkara yang disaksikan sampai masa
kita ini, selama mereka menyandarkan diri kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan sebenar-benarnya dan memenuhi syarat-syarat pengabulan
doa.
- Mukjizat-mukjizat para Nabi
Manusia mendengar dan menyaksikan bagaimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala membela dan menolong para Nabi dan Rasul-Nya dengan pelbagai
mukzijat di luar batas kemampuan manusia biasa. Semua itu adalah bukti
konkret yang mengungkap keberadaan Dzat yang telah mengutus mereka
dengan kebenaran. Di sana terdapat beberapa contoh nyata dan dikisahkan
di dalam Al-Qur`an, di antaranya:
Yang pertama: Mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam ketika beliau
diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’alauntuk memukulkan tongkatnya
ke laut. Maka lautan terbelah menjadi duabelas jalan yang kering.
Sementara air berada di antara jalan-jalan itu seperti gunung yang
besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Lalu kami wahyukan kepada Musa:
‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.’ Maka terbelahlah lautan itu dan
tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (As-Syu’ara`: 63)
Yang kedua: Mukjizat Nabi ‘Isa ‘alaihissalam ketika beliau melakukan
beberapa perkara yang benar-benar di luar batas kemampuan manusia
biasa. Di antaranya, beliau bisa menghidupkan kembali orang yang sudah
meninggal dan mengeluarkannya dari kubur mereka dengan seizin Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil
(lalu berkata kepada mereka): ‘Sesungguhnya aku telah datang kepada
kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Rabb kalian, yaitu aku
membuat untuk kalian dari tanah berbentuk burung; Kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah. Dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang
berpenyakit sopak. Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah.
Dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian
simpan di rumah kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
sesuatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagi kalian, jika kalian
sungguh-sungguh beriman’.” (Ali ‘Imran: 49)
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan:
Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di
waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(Ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil,
dan (ingatlah pula) di waktu kamu menjadikan dari tanah (suatu bentuk)
yang berupa burung dengan ijin-Ku, Kemudian kamu meniupnya, lalu bentuk
itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (Ingatlah) di
waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan
orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku. Dan (Ingatlah) di waktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan
seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari
keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara
mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” (Al-Ma`idah: 110)
Yang ketiga: Mukjizat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika beliau diminta oleh orang-orang Quraisy untuk mendatangkan
sebuah tanda kebenaran kenabian dan kerasulannya. Maka beliau memberi
isyarat ke arah bulan yang kemudian terbelah menjadi dua, dan manusia
pun menyaksikannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Telah dekat datangnya hari kiamat dan
telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat
suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: ‘(Ini adalah)
sihir yang terus menerus’.” (Al-Qamar: 1-2)
Demikianlah tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
bisa ditangkap oleh panca indera sebagaimana tersebut di atas, yang
merupakan mukjizat-mukjizat yang dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala
membela dan menolong para Nabi dan Rasul-Nya. Sekali lagi perlu
ditegaskan bahwa semua itu menunjukkan keberadaan Dzat Yang Maha
Pencipta atas seantero alam ini.
4. Argumen Secara Syariat
Bahwasanya seluruh kitab samawi telah berbicara tentang keberadaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Segala hukum yang termuat di dalamnya
mengandung kemaslahatan-kemaslahatan bagi para makhluk. Yang demikian
ini menunjukkan bahwa kitab-kitab itu datang dari sisi Dzat Yang Maha
Bijaksana lagi Mengetahui kebaikan-kebaikan bagi para hamba. Seluruh
peristiwa yang diberitakan-Nya dan dipersaksikan kebenarannya oleh
realita kehidupan manusia juga menunjukkan bahwa kitab-kitab itu datang
dari Rabb Yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa saja yang telah
dikabarkan-Nya.
Sumber:
(Tulisan ini telah disunting dan diringkas pada beberapa bagian dari
sumbernya yaitu : tulisan Al-Ustadz Abdul Mu’thi, berjudul Tauhid
Rububiyyah, Bukan Sekedar Pengakuan (http://mimbarislami.or.id/?module=artikel&opt=default&action=detail&arid=126)
. Perubahan serta kemungkinan terjadi kesalahan makna dan tujuan dari
sumber asli tulisan adalah menjadi tanggungjawab pengelola blog http://www.kebunhidayah.wordpress.com
. Edit kami lakukan agar tulisan bisa lebih singkat, padat dan
menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Bila ingin membaca selengkapnya
silahkan baca sumber aslinya.)
بِسْــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Tujuan Manusia Hidup Adalah Kembali Ke Jalan Allah SWT. Maka kerjakanlah sholat,ibadah,zikir,sedekah,amal,zakat,puasa dan kebaikan menurut firman2 Allah yg terkandung di dalam kitab suci Al,Quran, hadits2, riwayat2 tuntunan nabi-nabi dan rasullulloh. Laksanakan dalam kehidupan sehari-hari dengan hati sabar,tawakal dan istiqomah. Terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang terkait dgn artikel/gambar ini "Jazakallahu khairan" Oleh: Wedha Kencana
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kemerdekaan Menurut Islam
Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau pribadi yaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Lalu, ba...
-
"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memeli...
-
Tujuan suatu pernikahan adalah untuk menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan menjadi peny...
No comments:
Post a Comment