Berikut ini kami rangkai beberapa hadits
mengenai puasa dan ramadhan.
1. Bahwa Ash-Shaum (puasa) berfungsi sebagai perisai dari api neraka.
Hadits dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata :
“Ash-Shiyam
(puasa) adalah perisai. Maka hendaklah seseorang tidak berkata
(berbuat) keji dan tidak berbuat jahil. Dan bila ada yang mengajak
bertengkar atau mencelanya maka katakan : “Sesungguhnya saya sedang
shaum” – dua kali – Dan demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Sungguh
bau mulut orang yang shaum lebih harum daripada bau misk di sisi Allah,
‘ Dia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Dan Aku
sendiri yang akan membalas amalan baiknya (ash-shaum) dan ketahuilah
bahwa satu kebaikan dilipat gandakan balasannya sampai sepuluh kali
lipat. ” [Muttafaq ‘alaih]. Al-Bukhari 1894, Muslim 1151.
Diriwayatkan oleh Al-Imam An-Nasa`i dari
shahabat ‘Aisyah dan ‘Utsman bin Abil ‘Ash, bahwa Ash-Shaum adalah
perisai dari An-Nar (api neraka). Lafazh hadits tersebut adalah :
Dari Mutharrif berkata : Aku datang
menemui ‘Utsman bin Abil ‘Ash, kemudian beliau hendak menghidangkan susu
untukku. Maka aku berkata : “Sesungguhnya aku sedang bershaum. Maka
beliau (’Utsman bin Abil ‘Ash) berkata : Sungguh aku telah mendengar
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ash-Shaum adalah perisai dari An-Nar (api neraka), seperti perisai salah seorang dari kalian dalam peperangan.” (An-Nasa`i no. 2231. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasa`i no. 2231.)
Dalam hadits lain, dari shahabat Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya shaum itu adalah perisai yang dengannya seorang hamba melindungi diri dari (adzab) An-Nar.” (HR.
Ahmad, dari shahabat Jabir, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam
Shahihut Targhib wat Tarhib no. 981. Lihat pula Shahihul Jami’ish
Shaghir no. 4308)
2. Pintu khusus bagi orang-orang yang bershaum (berpuasa) , yaitu pintu Ar-Rayyan.
Hadits dari shahabat Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Sesungguhnya
di Jannah (surga) ada sebuah pintu yang dinamakan Ar-Rayyan yang masuk
melaluinya pada Hari Kiamat hanyalah orang-orang yang bershaum
(berpuasa). Tidak akan masuk seorang pun melaluinya selain mereka,
kemudian diserukan, “Manakah orang-orang yang bershaum (berpuasa)?” maka
merekapun berdiri. Tidak ada seorang pun yang akan masuk melalui pintu
Ar-Rayyan kecuali mereka. Setelah mereka masuk semua, maka pintu itupun
ditutup, sehingga tidak ada lagi yang bisa masuk melaluinya.” [Muttafaqun ‘Alaih]. (Al-Bukhari 1896, Muslim 1152).
Dalam riwayat riwayat lain dengan tambahan : “Barangsiapa
yang masuk melaluinya, pasti dia akan minum, dan barangsiapa yang minum
maka pasti dia tidak akan pernah haus selamanya.” (HR An-Nasa`i no. 2236, Ahmad V/336. dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani v dalam Shahih Sunan An-Nasa`i no. 2236.)
3. Dijauhkan wajahnya dari An-Nar sejauh 70 – 100 tahun perjalanan atau sejauh langit dan bumi.
Hadits dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Tidaklah
seseorang bershaum sehari di jalan Allah melainkan Allah akan
menjauhkan wajahnya dengan shaumnya tersebut dari an-nar di hari kiamat,
sejauh 70 tahun.” [Muttafaq ‘alaih] (Al-Bukhari 2840, Muslim 1153).
Hadits dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu, dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa
yang bershaum (berpuasa) sehari di jalan Allah, niscaya Allah jadikan
antara dia dengan An-Nar sebuah parit penghalang (yang lebarnya) sejauh
langit dan bumi.” (HR At-Tirmidzi 1624. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 563.)
Hadits dari shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa
yang bershaum (berpuasa) sehari di jalan Allah, niscaya Allah jauhkan
api Jahannam darinya sejauh perjalanan seratus tahun.” [An-Nasa`i,
Ibnu Abi ‘Ashim, Ath-Thabarani] An-Nasa`i no. 2254, Ibnu Abi ‘Ashim
dalam Kitabul Jihad I/88/2, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir no. 927.
Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani v dalam Ash-Shahihah no. 2565.
4. Ash Shaum (puasa) dapat menghapus sebagian dosa
Hadits Hudzaifah radhiallahu ‘anhu yang
disebutkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya, Bab : Ash-Shaum
Kaffarah, bahwasannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Dosa
yang dilakukan seseorang karena terfitnah oleh keluarga, harta, atau
tetangganya dihapuskan oleh shalat, shaum, dan shadaqahnya.” [Muttafaqun ‘alaihi] ( Al-Bukhari 1895 , Muslim 144.)
Hadits dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Shalat
lima waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya, Ramadhan ke Ramadhan
berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa selama masih meninggalkan
dosa-dosa besar.” [HR. Muslim]
Hadits dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa
berpuasa Ramadhan karena dorongan iman dan mengharap (pahala) maka
pasti Allah ampuni dosa-dosanya yang telah lalu . [Muttafaqun ‘alaihi] (HR Al-Bukhari 1901, Muslim 760.)
5. Ash Shaum untuk menjaga syahwat bagi belum berkeluarga
Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa
yang telah mampu menikah hendaknya segera menikah, karena sesungguhnya
pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.
Namun barangsiapa yang belum mampu maka hendaknya dia berpuasa, karena
sesungguhnya shaum tersebut berfungsi sebagai perisai baginya”. [Muttafaqun ‘alaihi] (Al-Bukhari 1905, Muslim 1400).
6. Ash Shaum akan menjadi penolong (syafaat) kelak di akhirat
Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ash-Shiyam
(puasa) dan Al-Qur`an keduanya memberikan syafa’at untuk hamba tersebut
pada Hari Kiamat. Berkata Ash-Shiyam : “Wahai Rabb, sesungguhnya aku
telah menghalanginya dari makanan dan syahwat pada siang hari, maka
terimalah syafa’atku untuknya.” Al-Qur`an berkata : Wahai Rabbku, aku
telah menghalanginya dari tidur pada malam hari, maka terimalah
syafa’atku untuknya. Maka keduanya memberikan syafa’at [
(HR Ahmad dan Ath-Thabarani dalam Al-Kabir. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani Shahihul Jami’ish Shaghir no. 3882. Adapun dalam Shahihut
Targhib no. 984 beliau menyatakan : Hasan Shahih. Lihat pula Tamamul
Minnah hal. 394-395.)
7. Ash Shaum memudahkan doa terkabul
Hadits dari shahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tiga
pihak tidak akan ditolak do’a mereka : Seorang pemimpin yang adil,
seorang yang bershaum hingga dia berbuka, dan do`a seorang yang
terzhalimi, …” [At-Tirmidzi dan Ibnu Majah] [5]) [5] At-Tirmidzi 3598, Ibnu Majah 1752.
8. Di bulan Ramadhan pintu langit dibuka dan syaithan dibelenggu
Hadits dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika telah datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu Al-Jannah [Muttafaqun ‘alaihi] (HR Al-Bukhari 1898, Muslim 1079.)
Hadits dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika
telah datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu langit dan
ditutuplah pintu-pintu Jahannam, serta dibelenggulah para syaithan. [Muttafaqun ‘alaihi] (HR Al-Bukhari 1899, Muslim 1079.)
Maksud “dibukakannya pintu langit”
adalah dalam rangka naiknya berbagai perkataan baik kepada Allah, baik
dalam bentuk dzikir maupun kalimat tauhid Lailaha Illallah, serta
diangkatnya berbagai amalan shalih menuju kepada Allah. Asy-Syaikh Ibnu
‘Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadhish Shalihin berkata :“Maksud
(dibelenggulah para syaithan) adalah jenis maradah (yang paling durhaka)
di antara mereka. sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat lain.
Sementara yang dimaksud dengan Al-Maradah adalah : yaitu para syaithan
yang paling besar permusuhan dan kebenciannya terhadap anak Adam.” ([4])
9. Ash Shaum memiliki ganjaran pahala yang sangat besar dan akan dimuliakan Allah
Hadits Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagi
orang yang bershaum (berpuasa) dua kegembiraan : Jika berbuka dia
bergembira dengan berbukanya tersebut, jika bertemu Rabbnya (Allah) dia
bergembira dengan (pahala) shaumnya.” [Muttafaqun ‘alaihi, dengan lafazh Muslim] Al-Bukhari 1904, Muslim 1151.
Hadits dari shahabat ’Amr bin Murrah Al-Juhani radhiallahu ‘anhu , beliau berkata :
Seseorang datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapat engkau jika saya bersaksi La ilaha
Illallah dan bahwa engkau adalah Rasulullah, saya melaksanakan shalat
lima waktu, saya menunaikan zakat, dan saya bershaum di bulan Ramadhan
dan saya laksanakan shalat (pada malam harinya), maka dari golongan
manakah aku?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Dari kalangan Ash-Shiddiqin dan Asy-Syuhada’ ”
[Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban] [7]) [7] Al-Bazzar, Ibnu
Khuzaimah, dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam
Shahihut Targhib no. 361, 749, 1003, 2515,
Dari keterangan di atas, kita tahu bahwa
seorang hamba yang menunaikan shaum Ramadhan dan rajin melakukan
Qiyamullail (shalat malam) padanya, maka dia akan digolongkan dalam
golongan orang-orang yang mulia di sisi Allah yaitu para syuhada` dan
shiddiqin.
10. Allah memberi ampunan dan membebaskan sebagian orang yang berpuasa dari api neraka
Hadits dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri : “Sesungguhnya
Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan (dari adzab An-Nar) pada
setiap siang dan malam –yakni di bulan Ramadhan– dan sesungguhnya setiap
muslim memiliki do’a yang mustajab pada setiap siang dan malam” [Al-Bazzar] [8]) HR. Al-Bazzar. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib no. 1002
Hadits dari shahabat Ka’b bin ‘Ujrah radhiallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Hadirlah
kalian di sekitar mimbar” maka kami pun segera hadir. Ketika menaiki
tangga pertama beliau mengucapkan “Amin” ; dan ketika menaiki tangga
kedua beliau mengucapkan “Amin”; begitu pula ketika menaiki tangga
ketiga, beliau mengucapkan “Amin”. Ketika beliau telah turun dari
mimbar, kami bertanya : “Wahai Rasulullah sungguh kami telah mendengar
darimu sesuatu pada hari ini yang belum pernah kami mendengar
sebelumnya?” maka beliau menjawab : “Sungguh telah datang kepadaku
Jibril, kemudian dia berkata : ‘Celakalah seorang yang memasuki bulan
Ramadhan namun dia tidak diampuni.’ Maka aku berkata : Amin. Kemudian
ketika aku menaiki tangga kedua, Jibril berkata : ‘Celakalah seseorang
yang disebutkan namamu di hadapannya namun dia tidak bershalawat
untukmu.’ Maka aku pun mengucapkan Amin. Dan ketika aku menaiki tangga
ketiga, Jibril berkata : ‘Celakalah seorang yang menemui kedua orang
tuanya pada masa tua, atau salah satu di antara keduanya, namun
(keberadaan) keduanya tidak mampu memasukkan dia ke dalam Al-Jannah.’
Maka aku pun mengucapkan Amin.” [HR. Al-Hakim] [9] HR.
Al-Hakim. Asy-Syaikh Al-Albani berkata dalam Shahihut Targhib wat Tarhib
hadits no. 995 : Shahih li gharihi. Hadits tersebut diriwayatkan pula
dari shahabat Abu Hurairah, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam
At-Tirmidzi. Riwayat kedua ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam
Al-Jami’ush Shahih bab : At-Tarhib min Ifthar Ramadhan (II/378)
Cahaya Menuju Surga
wedhakencana.blogspot.com
بِسْــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Tujuan Manusia Hidup Adalah Kembali Ke Jalan Allah SWT. Maka kerjakanlah sholat,ibadah,zikir,sedekah,amal,zakat,puasa dan kebaikan menurut firman2 Allah yg terkandung di dalam kitab suci Al,Quran, hadits2, riwayat2 tuntunan nabi-nabi dan rasullulloh. Laksanakan dalam kehidupan sehari-hari dengan hati sabar,tawakal dan istiqomah. Terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang terkait dgn artikel/gambar ini "Jazakallahu khairan" Oleh: Wedha Kencana
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kemerdekaan Menurut Islam
Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau pribadi yaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Lalu, ba...
-
"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memeli...
-
Tujuan suatu pernikahan adalah untuk menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan menjadi peny...
No comments:
Post a Comment