Sunday, July 27, 2014

Meraih Kemenangan Hari Raya Idul Fitri 1435H

Gema takbir dan tahmid berkumandang disemesta alam raya, memuji kebesaran dan keagungan Sang Maha Pencipta kita umat Islam melepaskan bulan Ramadan dan dengan takbir dan tahmid pula kita menyambut 1 Syawal 1435 H. Mudah-mudahan pelepasan bulan Ramadan dan penyambutan bulan Syawal terpenuhi makna dan arti kedua peristiwa yang terjadi dalam suasana yg fitri karena kita telah merengkuh kemenangan melawan hawa nafsu.



Selama bulan Ramadhan, jiwa, ruh, dan hati kita benar-benar telah terasah dengan amal-amal kebajikan, sehingga hati  yang merupakan wadah ketakwaan semakin terbuka lebar dan luas guna lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas takwa yang sudah diperoleh selama beribadah di bulan Ramadan, Sebagaimana Firman Allah SWT: "Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa" (QS. Al-Hujurat 3). 

Tujuan dari puasa adalah untuk menjadikan orang-orang yang melakukannya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu sekalian dapat bertaqwa”. (QS: Al-Baqarah 183)

Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan kita pada fitrahnya (kesuciannya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, fitrah dan saling memaafkan serta rezeki yang kita miliki telah dicuci pula dengan zakat.

Kembali kepada kesucian artinya dengan merayakan Idul Fitri ini kita mendeklarasikan kesucian kita dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri inilah, kita  yang taat pada takdir Allah meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan seperti terlahir kembali. 
Dan, bila kita bersedia menerima fitrah yang ada di hari besar ini serta menerjemahkan dengan pikiran dan bahasa sederhana, Idul Fitri merupakan momentum bagikita untuk langkah awal menuju kehidupan lebih baik.

Kembali kepada fitrah berarti kembali kepada jati diri sebagai hamba Allah  yang muslim, hamba Allah  yang memakmurkan kehidupan, hamba Allah  yang tidak egois dan tidak arogan. Jadi, jika kita selama sebulan berpuasa, shalat tarawih, baca Al-Quran, shalat di masjid. Namun, setelah selesai bulan puasa kita tidak shalat, memusuhi masjid, memusuhi Al-Quran. Ya.... kita justru melenceng dari fitrah diri, puasa  kita tidak berarti bagi diri. Sebaliknya jika selama bulan Ramadhan kita sudah saleh secara pribadi, saleh secara sosial, memakmurkan masjid, bersilaturahim dengan banyak orang, maka kita berada dalam kondisi yang sesuai dengan fitrah. Jika kita ber-Idul Fitri, maka kita akan kembali kepada fitrah diri dengan menguatkan komitmen-komitmen itu sehingga setelah bulan Ramadhan pun akan semakin cinta dengan masjid, cinta dengan Al-Quran, akan tetap bersilaturahim. Hal inilah yang akan menjadikan Islam sebagai sumber keselamatan bagi kehidupan.

Di hari Idul Fitri, jiwa kita akan merasa tenang dan tenteram karena dosa-dosa kita kepada Allah telah diampuni, berkat puasa Ramadhan yang telah kita lakukan kareana dorongan iman dan mengharapkan pahala dari Allah sebagaimana sabda Nabi Muhammad : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu dari dosanya”.

Sesudah shalat Idul Fitri nanti  kita akan meminta maaf kepada keluarga, kaum kerabat dan famili, teman, tetangga dan kenalan kita dari kejahatan, kesalahan serta perbuatan dzalim yang pernah kita lakukan terhadap mereka, agar jiwa kita benar-benar terbebas dari dosa kepada Allah dan kesalahan kepada sesama manusia. Dan dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Allah, telah berfirman: “Mereka itu akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka itu menyambung tali hubungan baik dengan Allah dan tali hubungan baik dengan sesama manusia”. (QS: Al-Imran 112)

Dengan menyambung tali hubungan baik dengan sesama manusia yang ditandai dengan masing-masing pribadi berani mengakui kesalahan dirinya dan berani meminta maaf kepada orang yang lebih muda usianya dan lebih rendah pangkat dan derajatnya, kehidupan masyarakat nampak rukun dan damai. Persatuan dan kesatuan masyarakat yang tulus dapat kita saksikan dengan jelas. Sedang persatuan dan kesatuan yang tulus dan murni dari sesuatu bangsa itu adalah merupakan salah satu kunci dari keberhasilan dalam mencapai pembangunan lahir dan batin.

Saudaraku, memang kita tak pernah bersua apalagi saling bertatap muka, namun itu bukan berarti kita jauh karena sesuatu yang lebih berarti bahwa kita terikat oleh jalinan persaudaraan yg sangat erat, yaitu ikatan ukhuwah islamiyah atas dasar  iman dan akidah yg sama.

Saya menyadari selama ini tak luput dalam salah dan khilaf dalam catatan dan tulisan yg saya sharing dengan saudaraku semua, banyak kata yg mengukir lara, banyak makna yg tak terungkap, banyak tanggapan yg menyakitkan, banyak kesalahan dalam penyusunan kata maka dihari yg fitri ini izinkan saya Keluarga Besar Wedha Kencana menghaturkan Taqabballahu minna wa minkum. Taqabballahu Yaa Kariim. Shiyamanaa wa shiyamakum. Mohon maaf maaf lahir & bathin. Minal 'aidin wal faizin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 H.

Cahaya Menuju Surga
By: Wedha Kencana


Sumber:  Oleh Nata Heriadi (scbi)

Kemerdekaan Menurut Islam

Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau pribadi yaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Lalu, ba...