Penyakit kalbu ada dua macam:
Pertama, sakit yang tidak dirasakan oleh yang mengidapnya. Contohnya
adalah kebodohan, syubhat (kekaburan), keraguan, dan godaan syahwat.
Keadaan ini sesungguhnya lebih menyakitkan, akan tetapi karena kalbu
telah rusak dengan penyakit itu maka ia tidak merasakannya. Kebodohan
dan hawa nafsunya menghalangi untuk menemukan sakitnya. Rasa sakit itu
sebenarnya sudah ada namun karena tersibukkan oleh hal-hal lain, maka
sakitnya tersembunyi. Ini lebih berbahaya dari penyakit yang satunya dan
lebih susah untuk menyembuhkannya.
Obatnya ada pada para rasul dan para pengikut mereka. Merekalah para dokter penyakit ini.
Kedua, penyakit yang dirasakan langsung saat itu. Seperti kesedihan,
gundah gulana, dan kemarahan. Penyakit ini bisa dihilangkan dengan
menghilangkan sebab-sebabnya atau dengan melakukan sesuatu yang bertolak
belakang dengan sebabnya.
Sebagai contoh adalah marah. Marah termasuk menyakitkan kalbu dan
obatnya adalah dengan menghilangkan sebab kemarahan itu. Jika ia
melakukan penyembuhan dengan cara yang benar maka sakitnya akan hilang. Allah berfirman: “Perangilah mereka, maka Allah akan azab mereka dengan tangan kalian,
menghinakan mereka, menolong kalian atas mereka dan menyembuhkan
dada-dada kaum mukminin serta menghilangkan kemarahan mereka dan Allah
akan memberikan taubat-Nya kepada siapa yang Allah kehendaki.”
(at-Taubah: 14—15)
Keberadaan orang-orang kafir itu merupakan sebab kemarahan orang-orang
mukmin yang membuat sakit hati mereka. Maka dengan memerangi orang kafir
kemarahan kaum mukminin hilang sehingga sembuh dari penyakit ini.
Namun jika mencari kesembuhan dengan cara kezaliman justru akan menambah sakitnya yang ia sangka akan menyembuhkannya.
Kesedihan dan gundah gulana juga merupakan penyakit kalbu.
Menyembuhkannya dengan memunculkan rasa gembira dan senang. Jika ia
menyembuhkan dengan cara yang haq maka akan hilang sakitnya. Namun jika
kesembuhannya didapat dengan cara yang batil maka sakitnya akan
bersembunyi dan akan menimbulkan penyakit-penyakit lain yang lebih
berbahaya serta lebih sulit untuk disembuhkan.
Penyakit yang lain adalah kebodohan. Obatnya adalah dengan ilmu yang bermanfaat.
Jika ia obati dengan ilmu yang tidak bermanfaat, ia bakal menyangka
telah sembuh dari sakitnya. Padahal hakikatnya justru menambah
penyakitnya. Ia sibuk dengan ilmu yang tidak bermanfaat hingga tidak
mampu menangkap sakit yang tersembunyi pada dirinya. Padahal ilmu yang
bermanfaat merupakan syarat untuk bisa sehat dan sembuhnya kalbu.
Penyakit lainnya adalah keraguan, obatnya adalah ilmu dan keyakinan yang didapatkan dengan cara yang haq.
Jadi obat bagi penyakit-penyakit hati ada yang bersifat tabiat serta ada
yang bersifat keimanan dan syariat sesuai dengan penyakitnya.
(Diterjemahkan dengan penambahan dan pengurangan dari kitab Ighatsatul Lahafan karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hlm. 22—23)
Cahaya Menuju Surga
wedhakencana.blogspot.com
Sumber:
Majalah AsySyariah Edisi 002
(ditulis oleh: al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc)
No comments:
Post a Comment