Perintah Allah kepada malaikat dan iblis untuk sujud kepada Adam
merupakan awal permusuhan iblis kepada manusia. Ia menolak perintah itu
sehingga dihukum Allah. Namun iblis berjanji akan menyesatkan Adam dan
keturunannya. Salah satu bentuk tipu dayanya adalah berhasil menggoda
Adam untuk melanggar larangan Allah sehingga Adam dikeluarkan dari
surga.
Allah subhanahu wa ta’ala ingin menampakkan penghormatan malaikat
kepada kepada Nabi Adam secara lahir dan batin. Untuk itu, Allah
subhanahu wa ta’ala perintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi
Adam alaihisholatu was sallam:
“Sujudlah kepada Adam!” (QS. Al Baqarah: 34)
Hal ini merupakan penghormatan dan penghargaan kepada Nabi Adam
alaihishalatu was sallam dan dalam rangka ibadah, cinta dan taat kepada
Allah subhanahu wata’ala, serta tuduk kepada perintah-Nya. Segeralah
para malaikat itu bersujud.
Namun iblis yang berada di tengah-tengah mereka yang tentunya ikut
serta mendapatkan perintah itu iblis itu sendiri bukan dari golongan
malaikat melainkan dari golongan jin yang diciptakan dari api-, justru
menyimpan kekafiran kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kedengkian
kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam. Kufur dan rasa dengki itu
membuat iblis enggan sujud kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam.
Tak cuma menunjukkan kesombongan, iblis bahkan menyangkal perintah Allah
subhanahu wa ta’ala dan mencela kebijaksanaan-Nya. Katanya:
“Saya lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah.” (QS. Al A’raf: 12)
Maka Allah katakan:
“Wahai iblis, apa yang menghalangimu
untuk sujud kepada apa yang telah Kuciptakan dengan dua tangan-Ku?
Apakah engkau sombong ataukah engkau (merasa) termasuk orang-orang yang
lebih tinggi?” (QS. Shad:75)
Kekufuran, kesombongan, dan pembangkangan ini merupakan sebab
terusirnya dan terlaknatinya Iblis. Allah subhanahu wa ta’ala katakan
kepadanya:
“Turunlah kamu dari surga karena kamu
tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS. Al A’raf: 13)
Iblis enggan tunduk dan bertobat kepada Tuhannya, bahkan menentang,
meremehkan, dan bertekad bulat untuk memusuhi Adam alaihishalatu was
sallam beserta anak cucunya. Ia pun menyiapkan dirinya saat mengetahui
bahwa dirinya telah ditetapkan menjadi makhluk yang sengsara
selama-lamanya. Ia, dengan ucapan dan perbuatan bersama bala tentaranya,
berikrar untuk mengajak anak cucu Adam alaihishalatu was sallam agar
menjadi golongan yang telah diputuskan untuk tinggal di rumah kehancuran
(neraka). Iblis nyatakan hal itu dengan mengatakan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala:
“Wahai Rabbku, berilah aku waktu sampai hari kebangkitan.” (QS. Shad: 79)
Iblis benar-benar meluangkan waktu untuk menebar permusuhan di
kalangan Adam alaihisholatu was sallam dan anak cucunya. Maka tatkala
hikmah Allah subhanahu wa ta’ala menuntut agar manusia mempunyai tabiat
dan akhlak yang berbeda-beda, maka Allah subhanahu wa ta’ala juga
menentukan sesuatu yang menyebabkannya. Yaitu berupa cobaan dan ujian,
dan yang terbesarnya adalah diberinya iblis kesempatan untuk mengajak
anak Adam alaihishalatu was sallam kepada semua jenis kejahatan. Maka
Allah subhanahu wa ta’ala pun menjawab:
“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai pada hari yang telah di tentukan waktunya.” (QS. Shad: 80-81) “Dan
iblis telah membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu
mereka mengikutinya kecuali sebagian orang-orang yang beriman.”
Iblis menyambut jawaban itu dengan menegaskan permusuhan kepada Adam
alaihishalatu was sallam beserta anak cucunya dan menegaskan maksiatnya
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, katanya:
“Karena Engkau telah menghukumku
tersesat, aku benar-benar akan (menghalangi-halangi) mereka dari
jalan-Mu yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raf:16-17)
Iblis mengucapkan itu berdasarkan sangkaannya, karena ia tahu benar tabiat anak Adam alaihishalatu was sallam. (QS. Saba’: 20)
Allah berikan iblis kesempatan untuk melakukan perkara yang telah
menjadi niatannya pada Adam alaihishalatu was sallam dan anak cucunya.
Allah katakan:
“Pergilah, siapa yang mengikutimu dari
mereka, maka jahannamlah balasan kalian semua sebagai suatu pembalasan
yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka
dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan
pasukan berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan
anak-anak.” (QS. Al Isra: 63-64)
Yakni jika kamu mampu, jadikanlah mereka orang-orang yang menyeleweng
dalam mendidik anak-anak mereka dengan didikan yang rusak dan dalam
membelanjakan harta mereka kepada hal-hal yang mudharat, juga dalam
mencari harta dari yang tidak baik. Begitu pula ikut sertalah dengan
mereka jika mereka makan, minum, dan berjima’, yakni ketika mereka tidak
menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala. Juga perintahkanlah mereka
untuk tidak beriman dengan hari kebangkitan dan pembalasan dan agar
mereka tidak melakukan kebajikan. Takut-takuti mereka dengan
pembantu-pembantumu, berikan kekhawatiran pada mereka ketika berinfak
yang baik dengan kefakiran.
Kesempatan yang Allah berikan ini sesungguhnya demi sebuah hikmah dan
rahasia yang besar. Sungguh engkau wahai musuh yang nyata tidak akan
menyisakan sedikitpun dari kemampuanmu dalam menyesatkan mereka. Manusia
yang jahat akan nampak kejahatan dan kejelekannya, dan Allah subhanahu
wa ta’ala tidak akan mempedulikannya.
Adapun keturunan Adam alaihishalatu was sallam yang terpilih, baik
dari kalangan para nabi dan pengikutnya, baik orang-orang yang sangat
jujur dalam beriman, dan para wali-Nya, maka Allah subhanahu wa ta’ala
tidak akan menguasakan musuh ini (iblis) atas mereka. Bahkan Allah
subhanahu wa ta’ala menjadikan di sekitar mereka pagar pelindung yang
begitu kuat, sebagai perlindungan dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala membekalinya dengan senjata yang tidak
mungkin musuh bisa menandinginya, yaitu kesempurnaan iman dan tawakal
mereka kepada Rabb-nya.
“Sungguh mereka tidak memiliki kekuatan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. An Nahl: 99).
Juga Allah subhanahu wa ta’ala bantu mereka dalam menghadapi musuh
yang nyata itu di antaranya dengan menurunkan kitab-kitab yang mencakup
ilmu yang bermanfaat, nasehat yang mengena yang memberi semangat untuk
melakukan kebajikan dan memperingatkan dari kejelekan. Selain itu, Allah
subhanahu wa ta’ala juga mengutus para Rasul yang membawa kabar gembira
kepada mereka yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan
mentaati-Nya dengan pahala.
Juga memperingatkan orang-orang kafir, yang mendustakan dan berpaling
dari Allah, dengan berbagai macam hukuman. Allah subhanahu wa ta’ala
juga menjamin orang yang mengikuti petunjuk yang terkandung di dalam
kitab-Nya yang dibawa oleh rasul-Nya tidak sesat semasa di dunia dan
tidak sengsara kelak di akhirat, tidak takut, serta tidak tertimpa
perasaan sedih.
Demikian juga Allah subhanahu wa ta’ala bimbing mereka melalui kitab
dan para rasul-Nya kepada hal-hal yang bisa melindungi mereka dari musuh
yang nyata ini. Allah subhanahu wa ta’ala pun menerangkan kepada
hamba-Nya, misi yang dibawa setan dan strateginya dalam menjaring
manusia ke dalam perangkapnya. Juga Allah subhanahu wa ta’ala bimbing
mereka kepada jalan yang menyelamatkan mereka dari kejahatan setan dan
fitnahnya, dan membantu dengan bantuan yang di luar kemampuan mereka.
Karena, ketika mereka mengeluarkan segala daya upaya dan minta bantuan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, akan mudah bagi mereka jalan mana saja
yang dituju.
Setelah itu Allah subhanahu wa ta’ala sempurnakan nikmat kepada Adam
alaihishalatu was sallam dengan menciptakan istrinya Hawa dari dirinya
dan jenisnya. Ini dimaksudkan agar tercapai ketenangan dan tujuan-tujuan
lain seperti pernikahan, kebersamaan, dan adanya anak keturunan.
Allah subhanahu wa ta’ala juga memperingatkan Adam dan istrinya,
untuk berhati-hati dari setan karena sesungguhnya setan adalah musuh
bagi mereka berdua. Jangan sampai iblis mengeluarkan Adam dan Hawa dari
surga Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika itu, Allah mempersilahkan mereka
makan buah-buahan apa saja yang ada di dalam surga dan menikmati segala
kenikmatan yang ada padanya, kecuali pohon tertentu. Allah subhanahu wa
ta’ala katakan kepada mereka berdua:
“Dan jangan kalian dekati pohon ini sehingga kalian menjadi orang-orang yang dzalim.” (QS. Al A’raf: 19)
“Sungguh kamu tidak akan lapar padanya
dan tidak telanjang dan sungguh engkau tidak akan dahaga padanya, dan
tidak tertimpa panas matahari.” (QS. Thaha: 119)
Maka keduanya tinggal di surga selama dikehendaki Allah subhanahu wa
ta’ala dengan segala kenikmatannya. Akan tetapi musuh mereka berdua
terus mengintai dan mencari kesempatan. Maka ketika setan melihat
senangnya Adam alaihishalatu was sallam di dalamnya dan keinginannya
yang besar untuk tetap tinggal di dalamnya, setan datang dengan cara
yang lembut seolah seorang yang jujur sedang menasehati, ia katakan:
‘Wahai adam apakah engkau mau kutunjukkan sebuah pohon yang jika kamu
memakannya kamu akan kekal di surga ini dan akan langgeng kerajaan ini
serta tidak akan rusak’. Terus menerus ia rayu Adam alaihishalatu was
sallam. Ia janjikan, ia bisikkan, ia berikan harapan dan seolah terus
memberi nasehat padahal itu adalah penipuan yang besar. Hingga setan pun
berhasil menipu mereka berdua dan akhirnya keduanya makan dari pohon
terlarang itu. Maka ketika makan, terlepaslah pakaian mereka berdua
sehingga terlihat auratnya, akhirnya keduanya cepat-cepat mengambil
daun-daun surga untuk menutupi badan mereka yang telanjang sebagai
pengganti pakaian mereka. Seketika itu pula nampak hukuman Allah
subhanahu wa ta’ala atas maksiat yang mereka lakukan, lalu Allah
subhanahu wa ta’ala menyeru mereka berdua:
“Tidakkah Aku telah melarang kalian
berdua makan dari pohon ini dan Aku katakan kepada kalian berdua sungguh
setan adalah musuh yang nyata buat kalian berdua.” (QS. Al A’raf: 22).
Kemudian Allah tumbuhkkan pada hati mereka taubat yang sungguh-sungguh.
“Adam memperoleh beberapa kalimat dari Robbnya.” (QS. Al Baqarah: 22).
Maka keduanya berkata: “Wahai Rabb kami,
sungguh kami telah berbuat dzalim pada diri kami, jikalau Engkau tidak
mengampuni dan mengasihi kami, benar-benar kami akan menjadi orang-orang
yang merugi.” (QS. Al A’raf: 23).
Maka Allah terima taubat mereka dan Allah hapus dosa yang telah
menodai mereka. Akan tetapi keluar dari surga jika mereka memakan dari
pohon itu, sudah menjadi keputusan yang pasti sehingga keluarlah mereka
ke bumi yang kebaikannya dicampuri dengan keburukannya, kesenangan
dicampuri dengan kesusahannya.
Allah kabarkan kepada keduanya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala pasti
akan memberikan cobaan pada keduanya dan anak cucunya, serta orang-orang
yang beriman. Yang beramal shalih akan mendapatkan balasan yang baik,
sebaliknya yang mendustakan lagi berpaling, akibatnya adalah
kesengsaraan yang abadi dan adzab yang kekal. Allah subhanahu wa ta’ala
ingatkan anak cucu Adam akan hal itu, kata-Nya:
“Wahai anak Adam jangan sekali-kali
kalian dapat ditipu oleh setan seperti telah mengeluarkan ayah ibu
kalian dari surga, ia tanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan
kepada keduanya aurat. Sesungguhnya ia dan pengikutnya melihat kamu dari
seuatu tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka.” (QS. Al A’raf: 27)
Allah subhanahu wa ta’ala kemudian mengganti pakaian yang
ditanggalkan oleh setan dari Adam dan Hawa dengan pakaian yang menutupi
aurat mereka dan menghiasi mereka secara lahir. Juga dengan pakaiaan
yang lebih baik dari itu yaitu pakaian ketakwaan, yakni pakaian hati dan
rohani dengan iman, keikhlasan, taubat dan hiasan dengan segala akhlak
yang indah serta menanggalkan segala akhlak yang hina. Lalu Allah
subhanahu wa ta’ala tebarkan dari Adam alaihishalatu was sallam dan
istrinya anak turun yang banyak laki-laki maupun perempuan di muka bumi.
Allah ganti mereka generasi demi generasi untuk dilihat oleh-Nya apa
yang mereka lakukan.
Faedah yang dipetik:
Allah subhanahu wa ta’ala jadikan kisah itu sebagai ibrah untuk kita
yaitu bahwa sesungguhnya sombong, dengki, dan ambisi merupakan akhlak
yang berbahaya buat seorang hamba. Kesombongan dan kedengkian iblis
membawanya kepada apa yang kita lihat, demikian juga keinginan kuat Adam
alaihishalatu was sallam dan istrinya mengantarkan mereka memakan buah
pohon itu. Kalaulah rahmat Allah subhanahu wa ta’ala tidak segera
menyelamatkan, sungguh perbuatan mereka itu akan menyampaikan kepada
kebinasaan. Akan tetapi rahmat-Nya segera menyempurnakan yang kurang,
memperbaiki yang rusak, menyelamatkan yang binasa dan mengangkat yang
telah jatuh.
Dikutip dari: http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=31 Penulis : Ustadz Qomar Suaidi
بِسْــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Tujuan Manusia Hidup Adalah Kembali Ke Jalan Allah SWT. Maka kerjakanlah sholat,ibadah,zikir,sedekah,amal,zakat,puasa dan kebaikan menurut firman2 Allah yg terkandung di dalam kitab suci Al,Quran, hadits2, riwayat2 tuntunan nabi-nabi dan rasullulloh. Laksanakan dalam kehidupan sehari-hari dengan hati sabar,tawakal dan istiqomah. Terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang terkait dgn artikel/gambar ini "Jazakallahu khairan" Oleh: Wedha Kencana
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kemerdekaan Menurut Islam
Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau pribadi yaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Lalu, ba...
-
"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memeli...
-
Tujuan suatu pernikahan adalah untuk menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan menjadi peny...
No comments:
Post a Comment