Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Waktu berjalan pasti, tak terasa Ramadhan hampir meninggalkan
kita semua. Bulan penuh barakah, bulan penuh maghfirah, bulan
saat khsyu' beribadah, Satu hari lagi berlalu. Dan benar,
jika mengetahui rahasia Ramadhan, tentu kita ingin agar semua
bulan menjadi Ramadhan.
Tentu sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan
evaluasi terhadap semua amalan kita selama bulan Ramadhan.
Sudahkah kita melaksanakan shaum imanan wahtisaban? Sudahkah
niatan kita lurus karena Allah? Sudahkah mulut kita terhindar
dari perkataan bohong, menggunjing, dan omongan yang sia-sia?
Berapa banyak taddarus kita lakukan, berapa juz kita habiskan,
berapa lama I'tikaf di masjid kita tunaikan? Lailatul Qadr
talahkah kita dapatkan? Zakat, telahkah kita bayarkan? Yang
terakhir taqwa sebagai tujuan puasa, sudahkah kita sampai
kesana?
Sebenarnya, hakekat shaum bagi orang yang bertaqwa tidak
pernah berakhir. Mereka telah mendapatkan kenikmatan shaum,
itulah sebabnya shaum mereka tidak dibatasi oleh Ramadhan.
Tidak berakhir dengan ghurup (tenggelamnya matahari), dan
tidak dimulai dengan syuruq (terbit fajar). Tidak dapt
dihitung dengan hitungan jam dan tidak pula memiliki batas
waktu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Hakekat shaum adalah ketaatan pada sariat Allah,
meninggalkan segala bentuk kemaksyiatan dan kesia-siaan,
mengendalikan nafsu. Itu semuanya dilakukan oleh orang-
orang bertaqwa bukan hanya waktu Ramadhan. Bukan hanya
di siang hari shaum. Mereka taat pada syariat Allah,
tanpa ujung. Mereka tinggalkan kemaksyiatan dan kesia-
siaan selamanya. Mereka kendalikan hawa nafsu tanpa
batas waktu.
Shaum dzahir dilakukan kebanyakan kaum muslimin hanyalah
sebatas tidak makan, minum, dan tidak berhubungan suami-
istri di siang hari Ramadhan saja. Tidak mengherankan
ketika usia Ramadhan, pada tanggal 1 Syawal dimulailah
kegembiraan-kegembiraan yang berlebihan. Mereka rayakan
Iedul Fitri di pusat-pusat hiburan dan keramaian, yang
ditempat itu banyak kemaksiatan. Syahwat makan dan
minum yang selama Ramadhan kurang tersalurkan, mulai
hari itu seakan mendapat tempat penyaluran. Berapa
banyak biaya dihabiskan untuk kegembiraan-kegembiraan
sesaat itu?
Jika seperti itu caranya Iedul Fitri, niscaya bukan
kebersihan dan kemenangan yang didpatkan, malainkan
malah menambah dosa dan kemaksiatan. Kita tidak kembali
kepada fitrah, bahkan menjauh darinya. Semestinya
di hari kemenangan itu, kita syukuri nikmat Allah
dengan jalan semakin taat pada syariatnya. Semakin
tegak diatas dienul Islam, menghadapkan wajah dengan
lurus kepada agama Allah.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien Allah (tetaplah atasnya) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Itulah) Dien yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum:30).
Fitrah manusia adalah berada dalam Islam. Yang
membuat manusia keluar dari fitrah itu adalah
faktor luar. Sabda Rasul s.a.w:
"setiap bayi yang terlahir dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atu Majusi". (HR Bukhari)
Mari kita kembali kepada fitrah kita, Islam.
Rasulullah dan para sahabat telah mencontohkan
bagaimana hidup dalam Islam itu. Beliau memberikan
teladan hidup yang lurus dan tegak dalam
pembelaan Dienullah.
Dari Abi 'Abdillah Jabir bin 'Abdillah Al-Anshari r.a. "Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah s.a.w maka ia berkata:
"Bagaimanapendapatmu jika aku melakukan shalat fardhu dan puasa
pada bulan Ramadhan, dan menghalalkan yang halal
dan mengharamkan yang haram dan aku tidak
menambah selain itu sedikitpun, apakah aku
masuk syurga? Nabi bersabda: "Ya".
Dan dari Wabishah bin Ma'bad ra telah berkata:
Aku telah datang kepada Rasulullah s.a.w makabeliau bersabda:
"Apakah engkau datang untuk
bertanya tentang kebaikan?" Aku menjawab "Benar"
Beliau bersabda: "Mintalah fatwa dari hatimu,
kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya
dan tenteram pula hati. Dan dosa itu adalah apa-apa
yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati,
walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu
dan mereka membenarkannya".
Aku telah datang kepada Rasulullah s.a.w makabeliau bersabda:
"Apakah engkau datang untuk
bertanya tentang kebaikan?" Aku menjawab "Benar"
Beliau bersabda: "Mintalah fatwa dari hatimu,
kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya
dan tenteram pula hati. Dan dosa itu adalah apa-apa
yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati,
walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu
dan mereka membenarkannya".
Editan dari: Buletin Ramadhan Kid
No comments:
Post a Comment