Kami segenap Keluarga Besar Soedirham Ali Ridho Bsc.
Wedha Kencana Sekeluarga
Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433H
Minal Aidzin Walfaidzin
Mohon Maaf Lahir Dan Batin
"Taqobalallahu minna wa minkum"
Assalamu’alaikum wr. wb.
Sahabat muslim dan muslimah yang dicintai Allah, tak terasa Idul
Fitri sudah di depan mata. Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu oleh
jutaan umat muslim di seluruh dunia. Namun, mungkin masih ada beberapa
di antara kita yang belum memahami makna Idul Fitri. Melalui artikel ini
kami mengajak sahabat sekalian untuk belajar dan memahami makna Idul
Fitri agar kemenangan itu benar-benar dapat kita peroleh,
insyaAllah..aamiin.
Makna idul Fitri
Idul Fitri adalah hari raya yang datang berulangkali setiap tanggal 1
Syawal, yang menandai puasa telah selesai dan kembali diperbolehkan
makan minum di siang hari. Artinya kata fitri di sini diartikan
“berbuka” atau “berhenti puasa” yang identik dengan makan minum. Maka
tidak salah apabila Idul Fitri disambut dengan makan-makan dan
minum-minum yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian
keluarga.
Terminologi yang Salah
Terminologi Idul Fitri seperti ini harus dijauhi dan dibenahi, sebab
selain kurang mengekspresikan makna idul fitri sendiri juga terdapat
makna yang lebih mendalam lagi. Idul Fitri seharusnya dimaknai sebagai ‘Kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci‘
sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metafor,
kelahiran kembali ini berarti seorang muslim selama sebulan melewati
Ramadhan dengan puasa, qiyam, dan segala ragam ibadahnya harus mampu
kembali berislam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala
dosa dan kemaksiatan.
Makna Idul Fitri yang Asli
Idul Fitri berarti kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni,
kembali kepada keberagamaan yang lurus, dan kembali dari segala
kepentingan duniawi yang tidak Islami, Inilah makna Idul Fitri yang
asli.
Kesalahan Besar
Adalah kesalahan besar apabila Idul Firi dimaknai dengan ‘Perayaan kembalinya kebebasan makan dan minum‘
sehingga tadinya dilarang makan di siang hari, setelah hadirnya Idul
Fitri akan balas dendam, atau dimaknai sebagai kembalinya kebebasan
berbuat maksiat yang tadinya dilarang dan ditinggalkan kemudian. Karena
Ramadhan sudah usai maka keniaksiatan kembali ramai-ramai digalakkan.
Ringkasnya kesalahan itu pada akhirnya menimbulkan sebuah fenomena
umat yang shaleh mustman, bukan umat yang berupaya mempertahankan
kefitrahan dan nilai ketaqwaan.
Ketika merayakan Idul Fitri setidaknya ada tiga sikap yang harus kitapunyai, yaitu:
- Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
- Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasayang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja Di siang bulan Ramadhan kitaberpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataari yang menyakitkan orang lain. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang mengatakan banyakorangyang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“.
- Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa sehantsnya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, bertagwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102).
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan mohon dikoreksi jika
ada kekeliruan karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata dan ke khilafan adalah milik manusia, khususnya penulis sendiri.
Terima kasih dan semoga artikel singkat ini bisa memberikan manfaat bagi
yang membacanya.
No comments:
Post a Comment