Kisah tentang kemuliaan karakter dan ketegasan Umar bin Khatab
radyallahu anhu telah menjadi kisah inspratif yang menggetarkan hati.
Suatu kerinduan yang amat besar untuk bisa bertemu dan berkumpul dengan
beliau kelak di akhirat, sehingga kita bisa mengenal langsung tokoh
yang banyak dipuji oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.
Anas bin Malik radhiallahu ’anhu menceritakan bahwa suatu ketika -dia bersama Nabi sedang keluar dari Masjid- ada seorang Arab Badui -di depan pintu masjid- yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapankah hari kiamat terjadi?” Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab, “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Nabi bersabda, “Kamu akan bersama orang yang kamu cintai.” Anas berkata, “Tidaklah kami merasa sangat bergembira setelah masuk Islam dengan kegembiraan yang lebih besar selain tatkala mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.’ Maka aku mencintai Allah, cinta Rasul-Nya, Abu Bakar, dan Umar. Aku pun berharap akan bersama mereka -di akherat- meskipun aku tidak bisa beramal seperti amal-amal mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [8/234-235], kata-kata dalam tanda kurung diambil dari riwayat Bukhari)
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Izzy
bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luay al-Quraisy
al-‘Adawy. Terkadang dipanggil dengan Abu Hafash dan digelari dengan
al-Faruq. Ibunya bernama Hantimah binti Hasyim bin al-Muqhirah
al-Makhzumiyah.
Awal Keislamannya.
Umar masuk Islam ketika para penganut Islam kurang lebih sekitar 40 (empat puluh) orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Imam Tirmidzi, Imam Thabrani dan Hakim telah meriwayatkan dengan
riwayat yang sama bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam telah berdo’a,”
Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau
cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu
Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.
Berkenaan dengan masuknya Umar bin al-Khaththab ke dalam Islam yang
diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang diungkap oleh Imam Suyuti dalam kitab “
Tarikh al-Khulafa’ ar-Rasyidin” sebagai berikut:
Anas bin Malik berkata:
” Pada suatu hari Umar keluar sambil menyandang pedangnya, lalu Bani
Zahrah bertanya” Wahai Umar, hendak kemana engkau?,” maka Umar menjawab,
“ Aku hendak membunuh Muhammad.” Selanjutnya orang tadi bertanya:”
Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat antara Bani Hasyim dengan
Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh Muhammad”.
Lalu orang tadi berkata,” Tidak kau tahu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah meninggalkan agamamu”. Kemudian Umar pergi menuju rumah adiknya dilihatnya adik dan iparnya sedang membaca lembaran Al-Quran, lalu Umar berkata, “barangkali keduanya benar telah berpindah agama”,. Maka Umar melompat dan menginjaknya dengan keras, lalu adiknya (Fathimah binti Khaththab) datang mendorong Umar, tetapi Umar menamparnya dengan keras sehingga muka adiknya mengeluarkan darah.
Kemudian Umar berkata: “Berikan lembaran (al-Quran) itu kepadaku, aku
ingin membacanya”, maka adiknya berkata.” Kamu itu dalam keadaan najis
tidak boleh menyentuhnya kecuali kamu dalam keadaan suci, kalau engkau
ingin tahu maka mandilah (berwudhulah/bersuci).”. Lalu Umar berdiri dan
mandi (bersuci) kemudian membaca lembaran (al-Quran) tersebut yaitu
surat Thaha sampai ayat,” Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dirikanlah Shalat untuk mengingatku.” (Qs.Thaha:14). Setelah itu Umar berkata,” Bawalah aku menemui Muhammad.”.
Mendengar perkataan Umar tersebut langsung Khabbab keluar dari persembunyiannya seraya berkata:”Wahai Umar, aku merasa bahagia, aku harap do’a yang dipanjatkan Nabi pada malam kamis menjadi kenyataan, Ia (Nabi) berdo’a “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.
Lalu Umar berangkat menuju tempat Muhammad Shallallahu alaihi
wassalam, didepan pintu berdiri Hamzah, Thalhah dan sahabat lainnya.
Lalu Hamzah seraya berkata,” jika Allah menghendaki kebaikan baginya,
niscaya dia akan masuk Islam, tetapi jika ada tujuan lain kita akan
membunuhnya”. Lalu kemudian Umar menyatakan masuk Islam dihadapan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Lalu bertambahlah kejayaan Islam dan Kaum Muslimin dengan masuknya
Umar bin Khaththab, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari
Ibnu Mas’ud, seraya berkata,” Kejayaan kami bertambah sejak masuknya
Umar.”.
Umar turut serta dalam peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah, dan tetap bertahan dalam perang Uhud bersama Rasulullah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suyuthi dalam “Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin”.
Rasulullah memberikan gelar al-Faruq kepadanya, sebagaimana ini
diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya dia berkata,” Aku
telah bertanya kepada Aisyah, “ Siapakah yang memanggil Umar dengan nama
al-Faruq?”, maka Aisyah menjawab “Rasulullah”.
Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:” Sungguh telah ada dari umat-umat sebelum kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya ‘Umarlah orangnya”.
Hadist ini dishahihkan oleh Imam Hakim. Demikian juga Imam Tirmidzi
telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi bersabda,” Seandainya ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin al-Khaththab orangnya.”.”Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Umar dia berkata,Nabi telah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar”. Anaknya Umar (Abdullah) berkata,” Apa yang pernah dikatakan oleh ayahku (Umar) tentang sesuatu maka kejadiannya seperti apa yang diperkirakan oleh ayahku”.
Keberaniannya
Riwayat dari Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ali, dia berkata,”
Aku tidak mengetahui seorangpun yang hijrah dengan sembunyi sembunyi
kecuali Umar bi al-Khaththab melakukan dengan terang terangan”. Dimana
Umar seraya menyandang pedang dan busur anak panahnya di pundak lalu dia
mendatangi Ka’bah dimana kaum Quraisy sedang berada di halamannya, lalu
ia melakukan thawaf sebanyak 7 kali dan mengerjakan shalat 2 rakaat di
maqam Ibrahim.
Kemudian ia mendatangi perkumpulan kaum Quraisy satu persatu dan
berkata,” Barang siapa orang yang ibunya merelakan kematiannya, anaknya
menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, maka temuilah aku di belakang
lembah itu”. Kesaksian tersebut menunjukan keberanian Umar bin Khaththab
Radhiyallahu’Anhu.
Wafatnya
Pada hari rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H ia wafat, ia ditikam ketika
sedang melakukan Shalat Subuh beliau ditikam oleh seorang Majusi yang
bernama Abu Lu’luah budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia
mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar dimakamkan di samping Nabi
dan Abu Bakar ash Shiddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Sumber :
‘Umar bin al-Khaththab (wafat 23 H), Disalin dari Biografi Umar Ibn
Khaththab dalam Tahbaqat Ibn Sa’ad, Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin Imam
Suyuthi
No comments:
Post a Comment