Wednesday, August 8, 2012

Hati-hati Tersesat Tanpa Sadar

Apabila kita telah yakin berada di atas jalan yang benar, diatas Sunnah dan Qur’an, maka tetaplah waspada! Jangan cepat merasa aman.  Seiring berjalannya waktu dan kehidupan dunia ini, bisa jadi kita telah menyimpang tanpa sadar dari jalan yang benar.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa di antara ciri-ciri kehidupan manusia di akhir zaman (tanda-tanda hari Kiamat)  adalah munculnya fitnah (ujian/cobaan) besar berupa bercampuraduknya  kebenaran dan kebathilan. Iman menjadi goyah, sehingga seseorang beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore hari, beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi hari.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bersegeralah kalian melakukan amal shalih (sebelum datangnya) fitnah-fitnah bagaikan malam yang gelap gulita, seseorang dalam keadaan beriman di pagi hari dan menjadi kafir di sore hari, atau di sore hari dalam keadaan beriman, dan menjadi kafir pada pagi hari, dia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.”   (HR. Muslim, no. 186)


Godaan Dunia Paling Merusak Manusia
Kekhawatiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam  akan bahaya godaan kesenangan dunia sehingga seorang manusia mau (sadar atau tanpa sadar)  ’menjual’ agamanya, tercermin dalam salah satu sabda beliau
“Bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah dunia.” (HR Bukhari dan Muslim dari shahabat Amr bin Auf).

Beliau juga bersabda:
“Bukan kesyirikan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah perhiasan kehidupan dunia. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih beliau 6196 dan Imam Muslim no 2296 dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir. Adapun riwayat dengan lafadz (masy syirku’). Wallahu a’lam, tidak terdapat dalam lafadz keduanya. Atau mungkin salah dalam mendengarnya, yang ada adalah lafadz di atas).

Berhati-hatilah kamu, karena tidak akan ada sekaligus pada diri seseorang rasa cinta kepada ilmu dan cinta kepada dunia. Namun, yang terjadi adalah apabila rasa cinta kepada dunia mendominasi, maka rasa cinta kepada ilmu akan menyingkir, begitupun sebaliknya. Maka jika cintamu terhadap dunia mendominasi pada dirimu, kamu pasti akan meninggalkan ilmu dan kamu akan menyia-nyiakan dirimu. (Syaikh Muhammad Ali Imam berkata : “Masuk ke dalam dunia adalah mudah sekali, namun keluar darinya sungguh sangat sulit.”
Betapa banyak orang yang telah hilang sia-sia padahal dulunya mereka adalah penuntut ilmu dan sangat rajin menyempurnakan ibadahnya, tapi kemudian ia bergantung kepada dunia, akhirnya hilang dan menjadi orang yang tidak berguna.

Dalam Sunan Abu Dawud dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalaam:
“Berhati-hatilah kalian dari syuh (ambisi), karena hal itu menghancurkan orang yang sebelum kalian. Memerintahkan mereka untuk memutus hubungan silaturrahmi, maka mereka memutusnya. Memerintahkan mereka untuk tidak berinfak, mereka pun tidak berinfak. Memerintahkan mereka untuk berbuat jahat, mereka pun berbuat jahat.”
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalaam memberitakan bahwa syuh (ambisi) itu memaksa manusia untuk memutuskan hubungan silaturrahmi, melakukan kejahatan, dan kebakhilan (kikir).

Kemudian, ambisi terhadap harta dan kedudukan telah berkembang jauh dari yang tadinya menggunakan jalan-jalan halal yang mubah kemudian mulai menggunakan jalan-jalan yang haram dan tidak menunaikan hak yang wajib. Ini termasuk syuh (ambisi) yang tercela.

Waspadalah...!!
 

No comments:

Post a Comment

Kemerdekaan Menurut Islam

Salah satu hak setiap bangsa, golongan, masyarakat atau pribadi yaitu hak mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Lalu, ba...